Jakarta – Pemerintah Indonesia sedang menghadapi masa kritis dalam transisi energi dan memanfaatkan peluang besar yang muncul dari kemitraan Just Energy Transition Partnership (JETP) dengan sejumlah mitra global. Dengan tujuan mendukung rencana transisi energi Indonesia dari 2021 hingga 2030, program ini diprediksi akan membuka peluang investasi mencapai miliaran dolar di sektor energi terbarukan.
Prof Eniya Listiani Dewi, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), menegaskan bahwa JETP sejalan dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 yang memprioritaskan investasi senilai USD 15,9 miliar untuk proyek energi terbarukan. Menurutnya, program ini mendukung perluasan infrastruktur energi terbarukan sambil meningkatkan industri dalam negeri.
“Pemerintah sudah menerbitkan Peraturan Menteri ESDM No. 11/2024 untuk memperkuat pemanfaatan produk lokal dalam infrastruktur energi, yang bertujuan menarik lebih banyak investasi dan mempercepat transisi energi,” jelasnya pada pembukaan Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2024, Senin, 4 November.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Dominic Jermey, menjelaskan komitmen negaranya yang kini telah menutup PLTU batubara terakhir dan 100% bebas dari energi berbasis batubara. Dalam konteks global, Inggris bekerja sama dengan Indonesia melalui JETP untuk membantu memenuhi target dekarbonisasi Indonesia.
“JETP memungkinkan aliran investasi yang mendukung target Indonesia mencapai energi terbarukan yang lebih tinggi, dengan lebih dari USD 800 juta sudah disetujui dan pendanaan tambahan USD 5-6 miliar sedang dalam negosiasi,” kata Jermey.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, menyebut bahwa komitmen pemerintah dalam mempercepat energi terbarukan akan menarik investasi baru yang meningkatkan kontribusi ekonomi nasional.
“Diperlukan peningkatan bauran energi terbarukan dan kebijakan yang mendukung perkembangan teknologi energi bersih. Hal ini akan mendorong pertumbuhan manufaktur dalam negeri untuk memenuhi permintaan teknologi energi bersih,” ungkap Fabby.
Pemerintah Prabowo-Gibran juga berharap strategi ini dapat meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Pertumbuhan investasi di sektor energi bersih, selain mendorong penciptaan lapangan kerja baru, juga diharapkan memperkuat ketahanan energi nasional serta menarik investor dalam sektor hilirisasi industri.
IETD 2024, yang berlangsung pada 4-6 November, menghadirkan lebih dari 50 pembicara dari berbagai negara untuk bertukar gagasan dan strategi dalam transisi energi. Hasil diskusi IETD 2024 akan digunakan sebagai rekomendasi kebijakan untuk lima tahun ke depan, sejalan dengan tujuan mencapai kemandirian energi dan mengurangi emisi karbon secara substansial di Indonesia. (Hartatik)
Foto banner: Pembukaan Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2024 yang akan menghadirkan lebih dari 50 pembicara dari berbagai negara untuk bertukar gagasan dan strategi dalam transisi energi dibuka di Jakarta, Senin, 4 November. (IESR/handout)