RUPSLB setujui divestasi PLTU TBS, dorong target netralitas karbon 2030

Jakarta — Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT TBS Energi Utama Tbk (TBS/TOBA) menyetujui langkah strategis perusahaan untuk mendivestasi dua aset Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas total 200 megawatt (MW).

Divestasi ini melibatkan PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP), dengan PT Kalibiru Sulawesi Abadi (KSA) sebagai pembeli. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen TBS menuju netralitas karbon pada tahun 2030, yang sejalan dengan strategi keberlanjutan perusahaan “Towards a Better Society 2030”.

Direktur TBS Energi Utama, Juli Oktarina menegaskan bahwa keputusan divestasi ini adalah bagian dari upaya konkret perusahaan untuk mengurangi emisi karbon secara signifikan.

“Divestasi PLTU ini menunjukkan komitmen kami dalam menghadapi perubahan iklim. Dengan langkah ini, kami dapat mengurangi emisi hingga 1,3 juta ton CO2 per tahun, sesuai dengan perhitungan protokol emisi gas rumah kaca (GHG),” ujar Juli dalam keterangan pers, akhir pekan lalu.

Dari hasil divestasi ini, TBS diperkirakan akan menerima dana segar sebesar USD 144,8 juta, jauh lebih tinggi dibandingkan investasi awal sebesar USD 87,4 juta. Dana tersebut akan digunakan untuk memperkuat struktur keuangan perusahaan dan diinvestasikan kembali dalam proyek-proyek energi berkelanjutan, seperti energi terbarukan, pengelolaan limbah, dan ekosistem kendaraan listrik.

“Kami melihat ini sebagai peluang strategis untuk mengalihkan fokus kami ke sektor energi bersih. Dengan hasil divestasi ini, kami memiliki fleksibilitas finansial yang lebih besar untuk mengejar inisiatif hijau yang akan mempercepat transisi energi di Indonesia,” tambah Juli.

Pembeli tidak berafiliasi, transaksi transparan

PT Kalibiru Sulawesi Abadi (KSA), yang mengambil alih aset PLTU, bukan merupakan afiliasi dari TBS. KSA akan mengambil alih PLTU Sulut 3 berkapasitas 2×50 MW yang dikelola oleh MCL di Sulawesi Utara, serta PLTU Sulbagut 1 berkapasitas 2×50 MW yang dioperasikan oleh GLP di Gorontalo. Proses divestasi ini diawasi oleh konsultan keuangan independen, yakni Jefferies dan Mandiri Sekuritas.

“Kami memastikan bahwa proses divestasi berjalan sesuai dengan regulasi yang berlaku dan mempertimbangkan kepentingan semua pihak terkait, termasuk PT PLN, pemerintah daerah, serta komunitas lokal,” jelas Juli.

Divestasi ini merupakan bagian dari rencana besar TBS yang telah memulai proses transisi bisnis dari energi berbasis bahan bakar fosil ke energi terbarukan sejak 2021. Inisiatif ini diharapkan dapat selesai pada tahun 2030, dengan fokus pada pengembangan energi bersih dan teknologi hijau.

“Kami telah menetapkan peta jalan yang jelas untuk mencapai target netralitas karbon. Langkah-langkah ini tidak hanya memperkuat posisi keuangan kami, tetapi juga memperkokoh komitmen kami terhadap keberlanjutan lingkungan dan pertumbuhan rendah karbon,” ujar Juli.

Respon pasar dan akses pendanaan hijau

Menurut analis pasar, langkah divestasi ini memperkuat daya tarik TBS bagi investor yang memiliki fokus pada aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Aksi ini diharapkan membuka akses lebih besar terhadap sumber pembiayaan hijau, seperti Green Bond dan pinjaman berkelanjutan, yang akan digunakan untuk mendanai proyek-proyek berkelanjutan.

“Investor semakin tertarik pada perusahaan yang menunjukkan komitmen nyata terhadap keberlanjutan. Kami optimis bahwa aksi ini akan meningkatkan minat investor dan membuka peluang pendanaan baru yang lebih kompetitif,” tambah Juli.

TBS Energi Utama kini berfokus pada diversifikasi bisnis menuju energi terbarukan, kendaraan listrik, dan pengelolaan limbah, sejalan dengan visi perusahaan untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan. Melalui peta jalan “Towards a Better Society 2030,” perusahaan berkomitmen untuk mencapai netralitas karbon lebih awal dari target nasional Net Zero Emission 2060.

“Transformasi ini bukan hanya tentang profitabilitas, tetapi juga tentang memberikan manfaat jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan kami. Kami yakin bahwa inisiatif hijau ini akan mendukung pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dan menciptakan masa depan yang lebih hijau untuk generasi mendatang,” tutup Juli Oktarina. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles