Jakarta – Perubahan iklim kini tidak hanya mengubah suhu bumi dan lautan, tetapi juga menyebabkan laut menjadi media akumulasi logam beracun yang mengancam kesehatan manusia. Sebuah studi terbaru yang diulas Phys.org, mengungkapkan bahwa kenaikan suhu dan tingkat keasaman air laut memperburuk distribusi elemen logam berat seperti timbal, merkuri, arsenik, dan kadmium di perairan dunia. Fenomena ini menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia dan kelestarian ekosistem laut.
Dalam studi yang dipublikasikan oleh tim peneliti dari GEOMAR Helmholtz Center for Ocean Research Kiel, peneliti Dr Rebecca Zitoun menyatakan bahwa perubahan iklim mengubah pola distribusi kontaminan logam di laut, yang berdampak besar pada rantai makanan laut.
“Kami ingin memahami bagaimana logam beracun ini tersebar di lautan dan terakumulasi sebagai dampak perubahan iklim,” ungkap Dr. Zitoun kepada Phys.org, Rabu, 9 Oktober.
Menurut Dr Sylvia Sander, Profesor Sumber Daya Mineral Laut di GEOMAR, logam beracun telah mengalami peningkatan drastis di laut sejak era pra-industri.
“Aktivitas manusia telah meningkatkan aliran logam beracun seperti timbal meningkat sepuluh kali lipat dan merkuri hingga tujuh kali lipat, jika dibandingkan masa sebelum industrialisasi,” jelas Dr. Sander.
Berbagai sumber polusi laut seperti plastik dan nanopartikel perak dalam produk-produk antibakteri juga memperparah pencemaran ini. Plastik, yang banyak ditemukan di laut, mampu mengikat logam seperti tembaga, seng, dan timbal, kemudian melepaskannya ke dalam air. Senyawa logam kontaminan ini memasuki rantai makanan.
Perubahan iklim menyebabkan suhu laut meningkat, pengasaman laut, serta penurunan kadar oksigen, yang memengaruhi distribusi logam berat di perairan. Salah satu temuan utama dalam penelitian ini adalah meningkatnya kadar merkuri di perairan Arktik akibat perubahan suhu dan erosi pantai, termasuk lepasnya merkuri dari sumber alami akibat melelehnya gletser dan permafrost, erosi pantai.
Masyarakat pesisir yang bergantung pada sumber pangan laut menjadi kelompok yang sangat rentan. Seiring dengan terakumulasinya logam beracun dalam ikan, krustasea, dan hewan laut lainnya, manusia di daerah-daerah ini menghadapi risiko tinggi terkena dampak kesehatan akibat konsumsi makanan yang terkontaminasi.
Para peneliti mendorong pemerintah dan masyarakat global untuk lebih memperhatikan dampak perubahan iklim pada ekosistem laut. Pengurangan polusi, baik dari limbah plastik maupun penggunaan logam berat dalam industri, adalah langkah-langkah yang penting untuk mencegah pencemaran lebih lanjut. Selain itu, penetapan kebijakan yang mengurangi penggunaan bahan kimia beracun juga dibutuhkan untuk melindungi lautan dan kesehatan manusia. (Hartatik)