Jakarta – ReforMiner Institute memprediksi gas bumi masih akan memainkan peran sentral sebagai sumber energi di banyak negara, terutama di negara-negara maju, di tengah gencarnya upaya transisi energi global.
Menurut Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, meski diakui sebagai sumber energi fosil yang tidak terbarukan, gas bumi dinilai memiliki keunggulan dalam menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan dengan sumber fosil lainnya seperti batubara.
Berdasarkan BP Energy Outlook 2023, hingga tahun 2050, gas bumi diproyeksikan tetap menjadi sumber energi fosil terbesar dalam bauran energi global. Dalam skenario Net Zero Emission (NZE) untuk tahun 2050, ReforMiner memperkirakan kontribusi gas bumi akan mencapai 9,2%, sementara pada skenario New Momentum, porsi gas bumi diproyeksikan mencapai 22,6% dari bauran energi global pada tahun yang sama.
“Ini menunjukkan bahwa negara-negara masih merencanakan pemanfaatan gas bumi sebagai bagian dari strategi transisi energi mereka,” beber Komaidi dalam keterangan resmi.
Data dari BP Energy, yang dianalisis oleh ReforMiner, menunjukkan bahwa saat ini bauran minyak dan gas bumi global masih mendominasi, dengan porsi gas bumi mencapai 23,5%. Meskipun berbagai sumber energi baru seperti EBET (energi baru, energi terbarukan) dan nuklir berkembang, gas bumi tetap menjadi komponen utama dalam pemasok energi global.
Dengan target bauran energi dunia di tahun 2050, ReforMiner mencatat bahwa bauran energi dari EBET diharapkan mencapai 74,4%. Sedangkan sumber-sumber lain seperti minyak, gas bumi, nuklir, dan batu bara akan berkontribusi sebagai bagian dari bauran energi yang lebih kecil.
“Sekalipun munculnya tren transisi, gas bumi nampaknya akan terus memainkan peran penting dalam keberlanjutan pasokan energi global,” pungkasnya. (Hartatik)