Produsen kedua terbesar di dunia, pemanfaatan rumput laut untuk energi bersih masih tertinggal

Jakarta – Pemanfaatan rumput laut di Indonesia belum maksimal, padahal rumput laut memainkan peran besar dalam adaptasi perubahan iklim, dengan menyerap emisi karbon, meregenerasi ekosistem laut, dan sebagai bahan biofuel serta plastik biodegradable. Indonesia merupakan produsen rumput laut kedua terbesar di dunia dengan nilai produksi 9,3 juta ton pada 2022.

Dalam pertemuan di PT Sea6 Energy, akhir April, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B Pandjaitan mengatakan, kapasitas industri pengolahan rumput laut baru bisa meningkat jika terdapat kerja sama antara industri dan pemerintah.

“Dengan melakukan hilirisasi, nilai tambah di dalam negeri akan meningkat, sehingga pendapatan petani rumput laut akan meningkat,” ujar Luhut.

Ia pun mendukung pemanfaatan rumput laut sebagai energi bersih dan berkelanjutan. Salah satunya dengan pengembangan biofuel dan crude oil berbasis rumput laut. Menurutnya, pemerintah memiliki komitmen kuat untuk optimalisasi potensi kelautan demi terwujudnya blue economy. Salah satu potensi terbesar adalah pendayagunaan rumput laut

Menurutnya, rumput laut merupakan blue natural capital strategis untuk dikembangkan, karena termasuk sektor padat karya dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.

“Kondisi perairan tropis di Indonesia menjadi habitat yang cocok untuk budidaya rumput laut, termasuk pengolahan industrinya,” imbuh Luhut.

Mengacu pada data tahun 2021, komposisi ekspor rumput laut Indonesia didominasi bahan baku rumput laut kering (65%), hanya 35% berupa rumput laut olahan yang bernilai tambah. Secara keseluruhan nilai ekspor rumput laut mencapai sekitar 6% dari total ekspor produk perikanan nasional, dengan penguasaan pangsa pasar dunia sekitar 12%.

Adapun rencana pemanfaatan rumput laut untuk energi alternatif ini ditargetkan melibatkan lebih dari 15 ribu pekerja, menurunkan emisi karbon, dan menjadi solusi membersihkan laut. Lain itu Luhut turut meminta praktik budidaya ramah lingkungan tanpa menggunakan botol plastik sebagai pelampung.

“Terapkan mekanisasi pemanenan dan penyortiran benih, kembangkan kebun bibit rumput laut secara merata di sentra-sentra budidaya, dan gunakan teknologi sehingga mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi,” tukasnya. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles