Jakarta – Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung di Waduk Cirata ditargetkan rampung akhir Oktober mendatang. Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengklaim proyek tersebut bakal menjadi PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara.
Ridwan Kamil mengatakan, proyek PLTS terapung ini merupakan kerja sama antara PLN dan perusahaan asal Abu Dhabi Uni Emirate Arab, Masdar, dengan nilai investasi Rp 1,7 triliun. Proyek ini memiliki kapasitas hingga 145 Mega Watt (MW), dengan luasan panel surya mencapai 9 hektare yang mengapung di Waduk Cirata.
Lebih lanjut, menurut pria yang akrab disapa Kang Emil ini menyebut bahwa ada 900-an warga local yang dilibatkan dalam proyek tersebut. Ia menambahkan, 36% listrik di Provinsi Jawa Barat berasal dari bauran pembangkit energi terbarukan. Sementara di tingkat nasional baru mencapai 13%.
Menurutnya, listrik yang berasal dari tenaga air, matahari, angin, hingga panas bumi akan menjadi prioritas di Jawa Barat, demi melawan krisis pemanasan global. Adapun Masdar menjadi mitra PLN melalui sistem tender atau lelang. Harga listrik yang ditawarkan Masdar di proyek PLTS terapung Cirata nantinya dinilai cukup rendah, yakni 5,8 sen USD per kWh.
Masdar sebelumnya merupakan calon mitra tunggal sebagai bagian dari adanya kerja sama antar pemerintah Indonesia dan Uni Emriat Arab (UEA). Namun kemudian Masdar tidak lagi dipastikan menjadi mitra, agar tidak mencederai Good Corporate Governance (GCG) dalam proses penetapan badan usaha pengembang pembangkit. Perubahan mekanisme penetapan mitra berawal dari Peraturan Menteri ESDM Nomor 50 Tahun 2017 yang tidak memperbolehkan proses penunjukkan secara langsung mitra pembangunan pembangkit EBT. Masdar kemudian langsung menghadap Kementerian ESDM dan PLN untuk memastikan legalitas penunjukkannya sebagai mitra sebelumnya. (Hartatik)
Foto banner: PLTS Terapung Cirata 145 MW yang terbesar di Asia Tenggara (Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal)