PLN: Transisi energi perlu waktu lebih lama, tahun 2025 masih dibutuhkan 174 juta ton batu bara

Jakarta – PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) memperkirakan kebutuhan batu bara untuk PT PLN dan produsen listrik independen (IPP) pada 2025 akan mencapai 174,66 juta ton, naik 4 persen dari kebutuhan tahun ini sebesar 167,98 juta ton.

Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara, menyoroti perlunya pendekatan bertahap dalam pengurangan emisi. Menurutnya, proses transisi tersebut memerlukan waktu lebih lama karena berbagai kendala, termasuk kesiapan infrastruktur energi terbarukan dan teknologi pendukung.

“Kami memanfaatkan program coal blending dan coal switching untuk memastikan bahwa batu bara yang digunakan lebih efisien dan ramah lingkungan. Program ini menjadi solusi sementara sebelum energi terbarukan sepenuhnya menggantikan peran batu bara,” ujarnya.

Senior Vice President Pengembangan Bisnis Batu Bara PLN EPI, Eko Yuniarto, menegaskan bahwa batu bara masih menjadi komponen utama dalam bauran energi nasional selama masa transisi. “Kami memahami bahwa batu bara memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas energi, terutama saat energi baru terbarukan (EBT) belum sepenuhnya siap menggantikan peran energi fosil,” jelasnya dalam keterangan pers, Selasa, 26 November.

Menurut Eko, PLN EPI tetap berkomitmen untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Eko menyebutkan bahwa transformasi energi hijau adalah langkah strategis untuk mencapai target net-zero emissions pada 2060. “Energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, ditargetkan akan mendominasi hingga 69 persen dari total bauran energi nasional pada 2060, sementara kontribusi batu bara akan turun menjadi hanya 8 persen,” katanya.

Selain itu, Iwan menegaskan bahwa tantangan dalam transformasi energi hijau juga mencakup aspek pendanaan dan teknologi. “Transformasi ini memerlukan investasi besar untuk membangun pembangkit listrik berbasis EBT dan meningkatkan jaringan transmisi listrik yang mampu mendukung energi intermiten seperti angin dan surya,” paparnya.

Menurut data dari PLN EPI, sektor energi tanpa intervensi hijau diproyeksikan menyumbang hingga 1.057 juta ton CO2 pada 2060. Oleh karena itu, PLN EPI terus berpartisipasi dalam forum internasional untuk berbagi pengalaman dan mencari solusi bersama. Dalam ASEAN Senior Officials Meeting on Minerals (ASOMM) 2024 di Bali, Iwan menegaskan komitmen PLN sebagai pelopor transformasi energi hijau di kawasan.

“Kami percaya, upaya kolaboratif baik di tingkat nasional maupun ASEAN sangat penting untuk mempercepat transisi energi. Energi hijau bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang,” tutup Iwan. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles