PLN masih mengejar pembangunan PLTU 35.000MW

Head of Katadata Insight Center, Adek Media Roza memaparkan hasil survey online tentang pengetahuan responden soal transisi energi dalam webinar IDE Katadata 2022, dengan tema ‘Indonesia’s Readiness Towards Energy Transition’, Rabu (6/4). (Foto: Hartatik)

Jakarta – Dalam mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 29 persen pada 2030, PLN masih memiliki tanggungan menyelesaikan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebesar 35.000 MegaWatt (MW).

“Saat ini, PLN masih menerima penyelesaian proyek 35.000 MW dari pembangkit-pembangkit listrik yang dibangun sejak tahun 2015. Dan di tahun 2022 ini di Jawa akan ada 8.000 MW pembangkit listrik lagi. Sesuai kondisi 2015 itu pembangkit fosil masuk ke sistem kita,” ungkap Executive Vice President (EVP) Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PLN, Edwin Nugraha dalam webinar IDE Katadata 2022, dengan tema ‘Indonesia’s Readiness Towards Energy Transition’, Rabu (6/4).

Katadata mencatat bauran energi terbarukan nasional meningkat dari 4,4% pada 2015 menjadi 11,5% pada 2020. Menurut Edwin, PLN mengejar target 23% bauran EBT hingga 2025 dan 29% bauran EBT hingga 2030.

PLN memproyeksikan penambahan EBT, biaya kompensasi, dan subsidi listrik naik sekitar 104 persen menjadi rata-rata Rp 185,7 triliun per tahun dari 2025 ke 2030. Untuk memenuhi target bauran EBT tersebut perlu upaya ekstra, apalagi sebagian besar pembangkit listrik tersebut merupakan pembangkit listrik dari energi fosil.

Masyarakat anggap pengembangan EBT kurang diprioritaskan

Pada kesempatan sama, Head of Katadata Insight Center, Adek Media Roza mengatakan pihaknya telah melakukan survey antara 26 Februari sampai 6 Maret 2022, dengan metode survey online dan non-probability sampling. Dari survey itu diperoleh hasil sebanyak 89,9% masyarakat Indonesia masih sangat tergantung pada listrik, dan itu berarti listrik adalah energi yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia.

“Hasil survey juga menunjukkan respons masyarakat akan kinerja pemerintah yang dianggap kurang memprioritaskan pengembangan energi terbarukan,” kata dia.

Adek mengatakan, melalui survey ini masyarakat berharap pemerintah lebih berkomitmen dan dapat melakukan aksi nyata dalam hal transisi energi menuju energi terbarukan. Selain itu, masyarakat yang menjadi responden juga menuturkan unsur utama yang harus dipenuhi dalam energi terbarukan adalah ramah lingkungan dan aman bagi makhluk hidup.

“Respons ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah mulai memahami apa itu energi terbarukan dan pentingnya transisi menuju energi terbarukan di Indonesia,” ungkap Adek.

Di antara upaya untuk mencapai target bauran EBT, saat ini PLN sedang mengoptimalkan pemakaian biomassa pada PLTU. Ada sekitar 10 sampai 20 persen batubara akan diganti dengan biomassa.

“Kita harapkan 3-6 persen EBT didapat dengan pemakaian biomassa. Kita memang kesulitan memasukkan EBT di daerah yang over supply dari PLTU,” kata Edwin.

Disamping itu, di daerah-daerah terpencil yang masih memakai diesel, PLN akan membangun pembangkit listrik energi surya (PLTS) yang dikombinasi dengan penggunaan baterai sehingga nantinya bisa menghemat biaya sampai 25%.

“Kita berharap ke depan ada teknologi yang memproduksi baterai masuk ke sistem PLN lebih murah,” tukasnya. (Hartatik)

 

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles