Jakarta –PT PLN (Persero) menggandeng PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (SMI) dan perusahaan asal Prancis, Hydrogen de France SA (HDF Energy), untuk menjajaki pemanfaatan dan pembiayaan hidrogen sebagai bagian dari strategi transisi menuju energi bersih.
Kesepakatan ini tertuang dalam penandatanganan nota kesepahaman (MoU) yang berlangsung di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 28 Mei, dan disaksikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyebut kerja sama ini bukan sekadar kesepakatan teknis, tetapi menjadi simbol penting dari kolaborasi global dalam menanggapi krisis iklim.
“Kolaborasi strategis ini menjadi katalis untuk mempercepat ekosistem hidrogen hijau di Indonesia. Ini bukan hanya tentang teknologi, tapi juga tentang kepemimpinan kolektif dalam memperjuangkan masa depan nol emisi karbon,” ujar Darmawan.
Melalui kemitraan ini, PLN bersama SMI dan HDF Energy akan melakukan kajian mendalam terhadap pemanfaatan hidrogen di sektor kelistrikan. Fokusnya tidak hanya pada aspek teknis pemanfaatan energi bersih tersebut, tetapi juga pada eksplorasi skema pembiayaan inovatif, instrumen mitigasi risiko investasi, serta program peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM).
Mathieu Geze, Direktur Asia HDF Energy yang juga menjabat Presiden Direktur HDF Energy Indonesia, menyatakan pihaknya siap membagikan pengalaman dan teknologi dari Prancis untuk mendukung pengembangan hidrogen hijau di Indonesia.
“Kami ingin membuktikan bahwa hidrogen bukan hanya solusi masa depan, tapi peluang nyata saat ini. Dengan teknologi kami, kami berkomitmen menghadirkan listrik yang bersih dan stabil, serta membangun rantai pasok hidrogen yang kuat, termasuk untuk sektor kelautan dan industri lainnya,” jelas Mathieu.
Tantangan pembiayaan energi masa depan
Hidrogen hijau — yang dihasilkan dari energi terbarukan seperti surya dan angin — diyakini menjadi salah satu kunci utama menuju transisi energi yang adil dan berkelanjutan. Namun, tantangan utamanya adalah pembiayaan yang besar serta kebutuhan pengembangan teknologi dan infrastruktur yang belum matang.
Direktur Utama SMI, Edwin Syahruzad, menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menjawab tantangan tersebut.
“Kami siap berperan sebagai fasilitator pembiayaan berkelanjutan. Skema blended finance dan mitigasi risiko akan kami siapkan agar investasi dalam ekosistem hidrogen ini feasible dan menarik bagi investor,” ujar Edwin.
Menurutnya, keterlibatan SMI dalam proyek ini juga mencerminkan komitmen pemerintah untuk mendukung pembangunan infrastruktur hijau yang selaras dengan agenda Net Zero Emission 2060.
Kehadiran langsung dua kepala negara dalam penandatanganan MoU ini mempertegas pentingnya dimensi diplomasi energi dalam kerja sama tersebut. Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam sambutannya menyebut kerja sama ini sebagai bentuk nyata dari diplomasi hijau yang mendukung agenda global dekarbonisasi.
Sementara Presiden Prabowo menyatakan, pemerintah Indonesia membuka diri terhadap kerja sama strategis yang memperkuat ketahanan energi nasional dan sejalan dengan target pengurangan emisi gas rumah kaca. (Hartatik)
Foto banner: Sebanyak 21 dokumen kesepakatan ditandatangani, ditunjukkan, dan diumumkan di hadapan Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Emmanuel Macron di Istana Merdeka, Jakarta, pada Rabu, 28 Mei 2025. (Foto: BPMI Setpres/Muchlis Jr)