PLN butuh Rp 23T untuk operasikan 5.200 PLTD, konversi ke EBT untuk tekan BPP

Jakarta – Pemerintah mengambil langkah-langkah agar PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN bisa melakukan efisiensi menurunkan biaya pokok penyediaan (BPP) sehingga berkesinambungan dan pasokan listrik bisa terjaga, kata Direktur Utama Darmawan Prasodjo dalam keterangan tertulis, Jumat (1/7).

BPP listrik berbasis diesel yang dioperasikan PLN mencapai Rp 23 triliun di saat harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) sebesar 63 USD per barel. Menurut Darmawan, perseroan belakangan tengah mencoba untuk mengalihkan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang berbasis pada BBM impor untuk menggunakan gas dan energi baru dan terbarukan (EBT) domestik. Langkah itu, kata dia, untuk memangkas beban operasional yang lebar akibat kenaikan harga minyak mentah dunia tahun ini.

“Harga minyak mentah saat ini sudah di atas USD 110 per barel, ada dampak pada kenaikan ongkos kami yaitu per dolar per barelnya dampaknya USD 500 terhadap biaya operasional. Maka, kenaikan USD 40 sampai USD 45 akan berdampak pada USD 20 triliun hingga USD 23 triliun untuk BPP kami,” kata Darmawan.

PLN mengoperasikan 5.200 pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang menggunakan bahan bakar minyak di daerah terpencil. PLN akan melakukan konversi terhadap 5.200 PLTD tersebut menjadi pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT). Darmawan bilang, saat ini pihaknya sedang dalam proses melelang konversi PLTD tersebut di 200 lokasi dan akan terus ditambah di 250 lokasi.

“Ada sebagian pembangkit PLTD yang mengonsumsi BBM dapat dieliminasi dengan tambahan transmisi dan distribusi. Sisanya ada sekitar 52 pembangkit berbasis diesel yang akan digasifikasi atau diubah sumber energinya ke gas bumi,” imbuhnya. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles