Jakarta – Indonesia perlu optimalkan utilisasi gas bumi di masa transisi energi demi ketahanan energi, menurut pejabat Perusahaan Gas Negara (PGN) dalam keterangan tertulis.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Rosa Permata Sari mengatakan produksi minyak dan gas pipa yang terus menurun, sementara konsumsi energi terus meningkat berpotensi berdampak terhadap peningkatan impor dan defisit neraca perdagangan.
“Maka dari itu, perlu utilisasi sumber energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan dan impor BBM,” ujar Rosa.
Menurutnya gas bumi dapat menjadi solusi alternatif energi, lantaran cadangan gas bumi di Indonesia dan dunia lebih banyak dari cadangan minyak. “Dari aspek keekonomian akan lebih menguntungkan. Selain itu, perencanaan utilisasinya dalam lebih jangka panjang menjadi penting untuk dilaksanakan,” katanya.
PGN, sebagai pengelola jaringan infrastruktur gas bumi terbesar di Indonesia, dapat menjangkau wilayah yang luas dengan layanan yang efektif dan efisien, kata Rosa. Dengan jaringan infrastruktur gas bumi seluas lebih dari 31 ribu km dan 4 terminal LNG, jaringan ini diharapkan dapat menjamin pasokan gas bumi yang handal dan terinterkoneksi di berbagai wilayah Indonesia.
PGN melihat adanya potensi pasokan yang cukup besar di berbagai wilayah, termasuk Sumatera Bagian Utara, Sulawesi, Kalimantan Timur, dan Papua dan berkomitmen untuk menciptakan kemudahan akses dan keterjangkauan pasokan gas bumi untuk masyarakat dengan harga yang terjangkau.
“Jika dibandingkan dengan energi lainnya, harga gas bumi relative lebih terjangkau,” kata Rosa.
PGN menyediakan gas bumi dengan layanan berkisar USD 6 USD dan USD 13,87 per MMBTU. Harga tersebut masih dibawah RON 90 (Pertalite) sebesar USD 17,3, LPG 12kg sebesar USD 26,20, dan HSD (high speed diesel) sebesar USD 41,18.
Dari sisi environmental sustainability, PGN ingin menciptakan pemanfaatan energi gas bumi, termasuk LNG, sebagai pilihan utama.
“Mengingat gas bumi merupakan energi yang relatif lebih ramah lingkungan dengan tingkat emisi karbon paling rendah dibandingkan dengan batu bara dan fossil fuel lainnya,” kata Rosa.
Menurut catatan PGN, emisi karbon gas bumi sebesar 59 kg CO2 per MMBTU, jauh lebih rendah dari LPG (66 kg CO2 per MMBTU), gasoline (72 kg CO2 per MMBTU), petroleum (77 kg CO2 per MMBTU) dan batubara (98 kg CO2 per MMBTU). (Hartatik)