Jakarta – PT PGN Tbk, Subholding Gas Pertamina akan dukung pemerintah dalam memenuhi kebutuhan gas bumi nasional melalui berbagai proyek strategis yang fokus pada efisiensi dan efektivitas logistik penyaluran gas bumi. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN, Rosa Permata Sari yang menegaskan Kamis, 11 Juli, bahwa PGN terus mengembangkan bisnis intinya dalam proyek transmisi dan distribusi gas bumi.
“PGN akan terus mengembangkan proyek pipanisasi gas bumi dan infrastruktur pendukungnya, sehingga pengguna gas bumi dapat mengaksesnya dengan harga yang terjangkau,” ujar Rosa dalam keterangan resmi.
Salah satu inisiatif utama PGN adalah proyek pipa gas West Natuna Transportation System (WNTS) menuju Pulau Pemping, Batam (WNTS-Pemping) yang akan menyalurkan gas dari Lapangan Natuna ke pasar dalam negeri. Selain itu, PGN juga akan menyelesaikan proyek jaringan gas Cirebon – Semarang tahap II dan bersinergi dengan pemerintah untuk membawa gas dari Jawa Timur ke Jawa Barat.
“Terdapat inisiatif bisnis baru untuk pengembangan Pipa Cisem II, di mana kami akan membangun Pipa Distribusi Tegal – Cilacap menuju Refinery Unit IV Cilacap sepanjang kurang lebih 130 km,” tambah Rosa.
Selain di Jawa, PGN juga akan menjalankan interkoneksi pipa di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Pipa Dumai – Sei Mangke melalui dukungan APBN, Pipa Duri – Balam, Duri – Petapahan, Pipa Bangkanai – Balikpapan, dan Pipa Bintuni – Fakfak. Langkah ini diharapkan dapat menutup gap sumber pasokan akibat infrastruktur pipa yang belum tersambung.
“PGN berkomitmen untuk menjaga keamanan pasokan menggunakan integrasi infrastruktur dan mengembangkan proyek strategis yang adaptif serta efisien dalam mengisi peluang bisnis ke depan,” lanjut Rosa.
Sebagai bagian dari tugas regasifikasi yang diberikan kepada Pertamina, PGN terus memperkuat dan mengintegrasikan pemanfaatan infrastruktur gas pipa dan beyond pipeline. Dengan proyeksi supply gas bumi yang akan didominasi LNG, PGN terus memperkuat infrastruktur LNG agar dapat menyeimbangkan supply dan demand gas bumi domestik.
“Salah satu proyek yang saat ini berjalan adalah revitalisasi Tanki LNG Hub Arun, yang diharapkan selesai pada akhir tahun 2024,” jelas Rosa.
Peran Floating Storage Regasification Unit (FSRU) Lampung sangat esensial bagi PGN karena terintegrasi dengan Pipa South Sumatera-West Java (SSWJ), yang hasil regasifikasinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sektor kelistrikan dan industri. Selain itu, FSRU Jawa Barat menjadi tulang punggung kestabilan layanan dan penyedia LNG ketika pasokan gas mengalami fluktuasi.
“Dengan mempertimbangkan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan, skema beyond pipeline juga menjadi langkah yang feasible untuk wilayah Indonesia Timur. PGN juga masuk ke bisnis LNG Trading dan menambah fasilitas LNG di Bontang, Teluk Lamong, serta Terminal LNG Bunkering untuk sektor Marine Fuel,” kata Rosa.
Rosa menambahkan bahwa upaya PGN baik pipeline maupun beyond pipeline memerlukan sinergi yang selaras dengan kepentingan seluruh stakeholder, pemerintah, dan pengguna gas bumi di sisi hilir. “Dengan optimisme menghadapi tantangan yang dinamis, keseimbangan supply dan demand diharapkan terjadi pada tahun 2030. PGN juga mendorong agar pengguna baru terus tumbuh,” tutup Rosa.
Langkah-langkah ini menunjukkan bagaimana PGN berperan aktif dalam mendukung elektrifikasi nasional dan memastikan bahwa kebutuhan energi Indonesia dapat terpenuhi secara berkelanjutan. (Hartatik)