Jakarta – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (IDX: PGEO) telah menegaskan kembali komitmennya untuk membangun ekosistem geotermal yang komprehensif di Indonesia pada acara 11th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2025, yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 17–19 September.
Dalam laporan keterbukaan informasi di situs web Bursa Efek Indonesia (IDX) pada Kamis, 18 September, Direktur Utama PGEO Julfi Hadi mengatakan bahwa perusahaan sedang mengejar strategi “Beyond Electricity” untuk menangkap peluang baru di sektor hidrogen hijau dan amonia hijau, yang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan domestik yang pesat hingga tahun 2030. “Analisis kami menunjukkan potensi komersial yang tinggi di bisnis off-grid, termasuk hidrogen hijau dan amonia hijau yang pasar domestiknya diperkirakan akan tumbuh secara signifikan hingga tahun 2030. Ini merupakan peluang penting untuk dimanfaatkan PGE,” kata Julfi.
Perusahaan berencana untuk mencapai kapasitas terpasang sebesar 1 GW dalam 2–3 tahun ke depan dan 1,7 GW pada tahun 2034, dengan potensi geotermal yang telah diidentifikasi mencapai 3 GW di 10 wilayah operasional. Proyek yang sedang berjalan meliputi pembangkit listrik Lumut Balai Unit 2 berkapasitas 55 MW, eksplorasi Gunung Tiga, dan proyek pilot hidrogen hijau di Ulubelu.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia, yang membuka konvensi tersebut, menekankan bahwa energi geothermal akan semakin memenuhi kebutuhan industri maupun rumah tangga. Sementara itu, Direktur Jenderal EBTKE Eniya Listiani Dewi menyoroti keberhasilan pemerintah dalam memangkas waktu persetujuan izin dari 1,5 tahun menjadi hanya 7 hari.
Dengan lebih dari 40 tahun pengalaman, PGEO saat ini mengelola kapasitas 727 MW di enam wilayah operasional dan sedang memperluas operasinya melalui proyek-proyek seperti Unit 1 & 2 Hululais (110 MW) dan proyek kogenerasi dengan total kapasitas 230 MW. (nsh)
Foto banner: PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) Area Kemojang. (Sumber: PGE)


