Jakarta – Emiten energi terbarukan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) akan memetik cuan dari hasil transaksi penjualan karbon kredit (carbon credit) kepada pihak pengendali, PT Pertamina Power Indonesia (PPI). Penunjukkan PPI sebagai aggregator karbon kredit PGEO, sesuai amanat dari induk usaha, yakni PT Pertamina (Persero).
Dalam perjanjian yang disepakati antara PGEO dengan PPI, Pertamina Geothermal akan menjual karbon kredit sebanyak 389.752 tCO2e yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lahendong Unit 5 & 6 periode 1 Januari 2021 sampai 31 Desember 2022. PLTP yang beroperasi penuh sejak 2022 ini memiliki kapasitas 2×20 MW untuk menyuplai pasokan listrik di Sulawesi Utara dan Gorontalo.
“Potensi total nilai transaksi perdagangan carbon credit adalah sebesar USD1,14 juta, atau sebesar 0.0007% dari ekuitas perseroan sesuai dengan laporan keuangan interim per Juni 2024 yaitu sebesar USD 1.474.032,” tulis manajemen PGEO dalam situs keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu, 18 Desember.
Penjualan karbon kredit kepada PPI juga diyakini bakal mendatangkan keuntungan lebih awal kepada PGEO. Dimana PGEO akan menerima keuntungan sebesar US$ 339.250 pada 2024 dan US$ 378.646 pada 2025. Sedangkan, PPI hanya menerima kurang lebih 7,5% dari harga transaksi.
Di sisi lain, perdagangan karbon kredit PGEO yang dilakukan melalui PPI selaku pihak afiliasi juga memiliki risiko tersendiri. Seperti potensi tertundanya pendapatan apabila karbon karbon kredit PGEO yang dijual melalui PPI lebih lama terjual. Sebab, seluruh karbon kredit PEGO dijual lewat PPI.
“Namun, risiko tersebut dapat dimitigasi karena PPI merupakan aggregator penjualan dan pembelian karbon kredit pada grup, sub-holding dan anak usaha dari Pertamina,” ujar Manajemen PGEO. (hs)