PGE dan UGM berinovasi dengan Katrili Booster untuk pertanian berkelanjutan

Jakarta – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) berkolaborasi untuk memanfaatkan produk sampingan panas bumi untuk mendorong pertanian berkelanjutan, demikian siaran pers yang dikeluarkan oleh PGE pada tanggal 22 Mei.

Kemitraan ini telah melahirkan Katrili Booster, sebuah produk pembenah tanah yang terbuat dari silika, yang biasanya dianggap sebagai limbah dalam produksi panas bumi, dan kitosan yang berasal dari cangkang udang dan kepiting. Hasilnya adalah inovasi ramah lingkungan yang meningkatkan pertumbuhan tanaman, memperkuat struktur sel, dan meningkatkan ketahanan terhadap hama dan cuaca ekstrem.

“Di Lahendong, di mana banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada pertanian, kami melihat adanya peluang untuk memanfaatkan hasil sampingan panas bumi menjadi sesuatu yang bermanfaat,” ujar Novi Purwono, General Manager Area Lahendong PGE. “Kolaborasi kami dengan UGM berakar pada tujuan ini-memaksimalkan nilai panas bumi di luar listrik.”

Katrili Booster (Sumber: PGE)

Inovasi ini dimulai selama pandemi Covid-19 ketika ahli panas bumi UGM, Pri Utami, mengumpulkan produk sampingan panas bumi dari Lahendong untuk dianalisis. Setelah menemukan kandungan silika yang tinggi, ia membayangkan untuk mengubah bahan tersebut menjadi pemacu pertumbuhan tanaman. Berkolaborasi dengan pakar nanoteknologi Ronny Martien dari Fakultas Farmasi UGM, tim ini mengembangkan Katrili Booster melalui penelitian dan uji coba yang intensif.

“Silika berfungsi seperti abu vulkanik, yang kita ketahui dapat meningkatkan kualitas tanah,” jelas Utami. “Dengan penambahan kitosan, silika membentuk lapisan pelindung pada tanaman, meningkatkan retensi air dan ketahanan terhadap hama.”

Katrili diaplikasikan dengan mencampurkannya dengan air dan menuangkannya langsung ke dalam tanah. Hal ini telah menunjukkan hasil yang positif pada tanaman seperti tomat, kacang tanah, bawang merah, dan padi. Petani di Desa Tonsewer, Minahasa – Rommie dan Danni – membuktikan adanya peningkatan kualitas dan ketahanan tanaman setelah menggunakan penguat pada tanaman tomat mereka.

“Buahnya lebih besar, lebih seragam dalam pematangan, dan tidak mudah busuk,” kata Danni. “Ini sangat membantu dalam cuaca ekstrem.”

Nama Katrili terinspirasi dari tarian tradisional Minahasa yang melambangkan keharmonisan dan rasa syukur, nilai-nilai yang digaungkan oleh para petani. “Rasanya sangat memberdayakan untuk menggunakan sesuatu yang dikembangkan dari tanah kita sendiri,” tambah Rommie.

Selain di Lahendong, Katrili juga diperkenalkan di daerah lain melalui program KKN-PPM UGM, dan pelatihan bagi para petani juga terus dilakukan untuk memastikan pemanfaatannya secara tepat.

Untuk merayakan keberhasilan dan mempromosikan ketahanan pangan, PGE dan UGM akan menyelenggarakan Panen Raya Katrili di Lahendong pada tanggal 26 Mei mendatang. Festival ini akan menampilkan kelompok-kelompok tani lokal, makanan tradisional, dan pertunjukan budaya.

Inisiatif ini mencerminkan komitmen PGE yang lebih luas terhadap kelestarian lingkungan dan perannya dalam mendukung tujuan Indonesia untuk mencapai nol emisi pada tahun 2060. Inisiatif ini menunjukkan bagaimana energi bersih juga dapat mengembangkan pertanian yang lebih ramah lingkungan. Indonesia memiliki cadangan panas bumi yang sangat besar, nomor dua terbesar di dunia setelah Amerika Serikat. (nsh)

Petani di Desa Tonsewer, Minahasa menggunakan Katrili Booster pada tanaman tomat mereka. (Sumber: PGE)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles