Jakarta-Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan artisan cokelat terbesar di Indonesia Pipiltin Cocoa bekerja sama untuk membantu penduduk Kampung Merasa di Berau, Kalimantan Timur, untuk mendapatkan pengakuan internasional atas biji kakao yang ditanam secara lokal, demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh YKAN pada tanggal 25 September. Dengan bantuan YKAN dan Pipiltin Cocoa, biji kakao yang difermentasi di desa tersebut, yang dikenal dengan rasa madu dan jeruknya yang khas, mulai dikenal di pasar cokelat premium.
Hampir setiap keluarga di Kampung Merasa membudidayakan kakao di lahan pribadi dengan menggunakan metode wanatani, yang menggabungkan berbagai tanaman produktif untuk mendukung penggunaan lahan yang berkelanjutan. “DNA kerja YKAN adalah konservasi alam, tapi ekonomi juga merupakan faktor penting,” kata Maya Patriani dari YKAN, menambahkan bahwa dengan memaksimalkan potensi budidaya kakao yang sudah ada sejak tahun 1980-an, dan organisasi ini “melakukan pendampingan ekonomi juga seiring dengan harapan masyarakat dapat hidup bahagia di tengah hutan yang lestari.”
Inisiatif ini tidak hanya membawa manfaat ekonomi, namun juga menjadikan Kampung Merasa sebagai model untuk produksi kakao yang berkelanjutan. Setelah terpilih menjadi salah satu dari delapan besar dalam seleksi nasional untuk kompetisi bergengsi Cocoa of Excellence, kakao masyarakat menarik perhatian Pipiltin Cocoa, yang berujung pada peluncuran cokelat single-origin Kampung Merasa 74%.
YKAN memandu petani lokal melalui proses fermentasi, yang meningkatkan profil rasa dan nilai jual kakao mereka. Meskipun ada tantangan awal, termasuk kepercayaan lokal bahwa kakao itu beracun, masyarakat telah menerima potensi tanaman mereka. Kisah sukses ini bahkan telah menarik minat kedai kopi lokal, seperti Milkyway Coffee & Milk, yang kini menggunakan kakao Kampung Merasa dalam minuman khas mereka.
Dengan pelatihan yang berkelanjutan dan pembentukan Sistem Pengendalian Internal (ICS) untuk kakao, Kampung Merasa siap untuk melanjutkan perjalanannya untuk menjadi daerah penghasil kakao yang berkelanjutan dan sejahtera. Upaya masyarakat tidak hanya meningkatkan kebanggaan masyarakat setempat, namun juga berkontribusi pada konservasi hutan lindung Sungai Lesan, yang menggambarkan sinergi yang kuat antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan. (nsh)
Foto banner: Petani menunjukan buah kakao yang siap diolah untuk menjadi cokelat artisan. (Della Paramita/YKAN)