
Jakarta – PT Pertamina (Persero) melalui subholding upstream PT Pertamina Hulu Energi (PHE) resmi mengambil alih hak pengelolaan Shell di Blok Masela. Penandatanganan perjanjian jual beli untuk akuisisi kepemilikan Shell sebesar 35% di blok yang berlokasi di Laut Arafura, Maluku itu dilakukan pada acara pembukaan Konvensi Indonesia Petroleum Association (IPA), Selasa, 25 Juli.
PHE nantinya akan mengelola 20% dari kepemilikan hak kelola Masela dan 15% akan dikelola oleh Petronas. Sementara, 65 persennya masih dikuasai oleh PT Inpex Masela Limited. Penandatanganan perjanjian jual beli kepemilikan Blok Masela dilakukan langsung oleh Direktur Utama PHE Wiko Migantoro, Naib Presiden Eksekutif dan Ketua Pegawai Eksekutif Huluan Petronas, Datuk Adif Zulkifli, serta Director Finance for Acquisition Divestment and NBD Asia Pacific Shell Kuo Tong Soo. Turut menyaksikan penandatanganan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, Direktur Jenderal Migas Tutuka Ariadji, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, serta Presiden dan Ketua Pegawai Eksekutif Kumpulan Petronas Tan Sri Tengku Muhammad Taufik.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, ke depannya, Lapangan Abadi Blok Masela berpotensi menyerap hingga 10.000 tenaga kerja. Pengembangan Blok Masela diharapkan dapat membantu percepatan pengembangan area lokal sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan dapat menyerap tenaga kerja lokal. Hal ini tentunya akan berdampak langsung pada pengembangan ekonomi di wilayah Indonesia Timur.
“Demi memenuhi kebutuhan energi nasional dibutuhkan komitmen untuk menjaga pasokan migas dari sisi hulu. Selain mengelola lapangan eksisting maka diperlukan strategi untuk mengembangkan lapangan baru, salah satunya adalah Lapangan Abadi di Blok Masela,” ungkap Nicke dalam keterangan tertulis.
Sementara itu, informasi dari Kementerian ESDM, Blok Masela memiliki luas area sekira 4.291,35 km persegi dan berbatasan dengan negara tetangga, Australia. Mulanya cadangan Blok Masela hanya 6,97 TCF. Namun, pada 2013 ditemukan cadangan baru dan meningkat menjadi 10,73 TCF.
Perjalanan Pertamina untuk bisa menguasai kilang minyak dan gas abadi ini ternyata membutuhkan waktu yang cukup panjang. Inpex pertama kali mendapatkan hak sebagai pengelola dan melakukan eksplorasi di Blok Masela pada 1998. Setelah berjalan cukup lama, akhirnya cadangan gas di Blok Masela resmi ditemukan baru pada 2000.
Dari 2000 sampai 2010, Inpex melakukan eksplorasi di blok abadi itu sendiri dengan kepemilikan saham 100 persen. Namun, pada 2011 masuk Shell sebagai mitra dengan kepemilikan saham 35 persen dan Inpex menjadi 65 persen. Seiring berjalan waktu, proyek yang kaya akan gas bumi ini memang berjalan dengan lambat dan penuh konflik. Pada 2015 letak kilang untuk pengembangan Blok Masela menjadi perdebatan.
Awalnya, letak kilang diputuskan berada di laut lepas atau offshore. Namun, ada yang mengatakan bahwa lebih efisien dilakukan secara onshore atau di darat. Perdebatan antara onshore dan offshore ini cukup lama. Pada 2016, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya memutuskan untuk dilakukan secara onshore sampai hari ini.
Pada 2020, Shell menyatakan hengkang atau mundur sebagai mitra Inpex dalam pengelolaan Blok Masela. Sejak saat itu pula, pemerintah terus mencari pengganti Shell untuk menjadi mitra terbaru Inpex. (Hartatik)