Jakarta – PT Pertamina (Persero) berupaya memanfaatkan sorgum sebagai bahan baku alternatif untuk produksi bioetanol, dengan tujuan mendorong swasembada energi dan mengurangi ketergantungan pada impor Bahan Bakar Minyak (BBM), menurut perusahaan itu dalam keterangannya Kamis, 24 Oktober. Tanaman yang dikenal memiliki banyak manfaat ini berpotensi menjadi solusi energi terbarukan tanpa memicu konflik antara sektor pangan dan energi.
Senior Vice President (SVP) Teknologi Inovasi PT Pertamina, Oki Muraza, menekankan bahwa sorgum menawarkan keunggulan dibandingkan bahan baku bioetanol lainnya, seperti tebu, yang sering kali memicu konflik karena juga digunakan dalam produksi pangan, terutama gula. “Sorgum tidak menghadapi konflik antara kebutuhan pangan dan energi. Bulirnya bisa diolah menjadi makanan seperti tepung atau beras sorgum sebagai alternatif pengganti gandum, sementara batangnya dimanfaatkan untuk menghasilkan bioetanol,” kata Oki.
Dengan memanfaatkan sorgum, Pertamina berharap dapat memperkuat ketahanan pangan sekaligus mengurangi impor gandum dan BBM. “Ini bisa berjalan paralel. Kita kurangi impor gandum dengan menghasilkan pangan dari sorgum, dan di sisi lain kita kurangi impor BBM dengan bioetanol dari batangnya,” tambah Oki.
Pertamina tengah menjalankan proyek percontohan untuk budidaya sorgum di Nusa Tenggara Barat (NTB). Data geospasial digunakan untuk menentukan lahan yang cocok bagi pertanian sorgum. Oki mengakui bahwa budidaya sorgum di Indonesia masih belum optimal, sehingga perlu didorong lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan industri energi.
Dengan proyek percontohan ini, Pertamina berharap dapat menciptakan model yang bisa direplikasi di berbagai daerah lain. “Harapannya, produksi sorgum dari proyek percontohan ini bisa diorkestrasikan sedemikian rupa sehingga bulirnya dimanfaatkan sebagai bahan pangan, sementara batangnya diolah menjadi bioetanol,” jelasnya.
Pertamina juga melihat peluang besar untuk mengekspor hasil pertanian sorgum. Menurut Oki, pengembangan sorgum tidak hanya membantu mencapai swasembada energi, tetapi juga berkontribusi pada upaya pengurangan impor pangan, khususnya gandum.
Langkah Pertamina ini sejalan dengan upaya pemerintah Indonesia untuk mempercepat transisi energi menuju energi terbarukan. Proyek budidaya sorgum Pertamina di NTB ini diharapkan menjadi salah satu pilar utama dalam mendorong produksi bioetanol di Indonesia dan mempercepat transisi menuju energi hijau.
Dengan potensi sorgum sebagai bahan baku bioetanol, Indonesia memiliki peluang besar untuk tidak hanya memenuhi kebutuhan energi domestik, tetapi juga mengambil peran lebih besar dalam pasar energi terbarukan global. “Pemanfaatan sorgum bisa menjadi terobosan penting dalam mendukung transisi energi di Indonesia, dengan manfaat ganda bagi sektor pangan dan energi,” pungkas Oki. (Hartatik)