Percepat ekosistem kendaraan listrik, nelayan dibantu kapal listrik

Cilacap – Kabupaten Cilacap di Jawa Tengah dan Raja Ampat di Papua Barat menjadi proyek percontohan program transisi energi pada sketor kelautan dan perikanan. PLN memberikan bantuan Kapal Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB), perangkat kontrol dan baterai kepada nelayan di Kabupaten Cilacap.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan, program bantuan kapal listrik ini bagian dari upaya untuk mempercepat ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Salah satunya dengan mendorong berbagai inovasi konversi dari kendaraan berbasis BBM ke listrik.

“Konversi ini tidak hanya untuk mobil dan motor, tetapi juga untuk kapal,” ujar Darmawan dalam keterangan resmi. Darmawan memberikan gambaran perbandingan emisi antara kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) dan listrik yaitu, 1 liter BBM sama dengan 1,5 kWh listrik. Emisi karbon 1 liter BBM adalah 2,4 kg Co2 dan sedangkan emisi karbon 1,5 kWh listrik adalah 1,5 kg Co2.

“Artinya dengan beralih menggunakan listrik ini langsung berkontribusi pada pengurangan emisi,” ujar Darmawan.

Sementara itu, General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jawa Tengah dan DIYogyakarta, Mochamad Soffin Hadi menyampaikan, program konversi kapal ini juga bertujuan untuk mendukung terbentuknya ekosistem perikanan ‘hijau’ (green fishery), sekaligus sebagai langkah besar dalam proses mengembangkan sebuah ekosistem kendaraan laut berbasis listrik.

“PLN grup berkolaborasi bersama Pemerintah Provinsi Jateng dan Pemerintah Kabupaten Cilacap dalam membangun ekosistem kendaraan ramah lingkungan ini. Dimulai dari proses engineering desain dan suku cadang KBLBB, penyediaan ekosistem pengisian daya dan penukaran baterainya, instalasi dan konversi kapal nelayan, platform digital untuk sistem pengisian dayanya, termasuk operation dan maintenance juga dilakukan,” jelasnya.

Selain kapal listrik, PLN juga membangun Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Dermaga Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pandanarang, Teluk Penyu, Cilacap yang bisa digunakan untuk pengisian daya kapal-kapal listrik.

“Kini kami sedang mengembangkan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum agar penggunaan kapal listrik lebih mudah dan bisa lebih masif,” imbuh Soffin.

Terpisah, Budi, salah satu nelayan mengaku jika menggunakan kapal motor BBM harus mengeluarkan biaya setidaknya Rp 230.000 untuk membeli 20 liter bahan bakar bensin dan oli sekali melaut dalam kurun waktu 8 jam. Namun dengan mesin berbahan bakar listrik ini, nelayan hanya butuh Rp 25.000 untuk melaut selama 10 jam, sebab biaya listrik per kWH hanya Rp 2.500. Meski demikian, para nelayan merasa biaya pembelian mesin tergolong tinggi. Mereka berharap ada insentif yang diberikan pemerintah untuk mendorong proses transisi energi tersebut.

Sebelumnya, PLN juga memberikan bantuan tiga unit motor perahu listrik alat fishfinder dan cold storage berkapasitas 318 liter untuk membuat es batu dan mengawetkan ikan hasil tangkapan untuk nelayan di Kampung Sauwandarek, Raja Ampat, Papua Barat. Selain itu, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 5,4 kWp juga dibangun sebagai sumber energi dalam menggunakan alat-alat bantuan yang diberikan oleh PLN.

Lewat program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), PLN menyulap semua infrastruktur perikanan dan ekonomi kelautan dari hulu ke hilir di Raja Ampat berbasis listrik dari sumber yang ramah lingkungan. (Hartatik)

Foto banner: Motor perahu listrik bantuan PLN untuk nelayan di Kampung Sauwandarek, Raja Ampat, Papua Barat. (Sumber: PLN)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles