Penurunan tanah dan rob, ancaman serius penduduk pesisir

Jakarta – Penurunan tanah dan rob menjadi kombinasi ancaman serius bagi masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir Indonesia. Amien Widodo, pakar kebencanaan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), mengatakan bahwa penurunan tanah di kawasan pantai terjadi akibat berbagai faktor, baik alami maupun aktivitas manusia.

Menurutnya, dampak dari fenomena ini tidak hanya kerusakan infrastruktur, tetapi juga meningkatnya risiko bencana lingkungan yang mengancam kehidupan penduduk.

“Secara alami, kawasan pantai mengalami pasang surut air laut setiap bulan. Namun, perubahan iklim dan pemanasan global memperparah situasi dengan meningkatkan muka air laut serta memicu cuaca ekstrem,” ujarnya dalam sebuah webinar bertema ‘Antisipasi Penurunan Tanah dan Banjir Rob’ yang diselenggarakan oleh Departemen Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember atau ITS, Sabtu, 21 Desember.

Amien menjelaskan, pengambilan air tanah secara masif, eksplorasi minyak dan gas bumi, serta beban berat bangunan menjadi bom waktu dan mempercepat proses amblesnya permukaan tanah serta dapat menenggelamkan kawasan pesisir jika tidak teratasi.

Penurunan tanah menjadi masalah untuk kota-kota besar di pesisir seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, dan bahkan Bangkok serta Tokyo. Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Budi Santoso, menyebut fenomena ini sering kali terjadi secara perlahan tetapi pasti. Dikatakannya, di Jakarta bahkan ada bangunan yang tenggelam hingga hampir satu meter sejak awal abad ke-20.

Budi mengatakan gagasan pembangunan giant sea wall dapat menjadi salah satu solusi, tapi harus dikombinasikan dengan pendekatan yang lebih holistik, termasuk perencanaan tata ruang, regulasi penggunaan air tanah, dan pemantauan rutin.

Kepala Balai Konservasi Air Tanah, Taat Setiawan, mengatakan bahwa penurunan tanah di kawasan pesisir membawa konsekuensi besar terhadap kehidupan masyarakat. Taat juga menyebutkan bahwa isu Jakarta tenggelam sering kali dikaitkan dengan eksploitasi air tanah. “Penggunaan air tanah yang berlebihan menjadi salah satu penyebab utama amblesnya permukaan tanah. Jika tidak dikendalikan, dampaknya akan semakin meluas,” katanya.

Sementara itu, Eko Prasetyo, Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, menyoroti pentingnya peringatan dini untuk meminimalkan dampak banjir rob. Menurutnya, rob semakin sering terjadi di wilayah pesisir utara Jawa dan beberapa kawasan lainnya. Mengatasi ancaman penurunan tanah dan rob memerlukan sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles