Jakarta – Peneliti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Nuzul Hijri Darlan, perubahan iklim dapat memengaruhi siklus pertumbuhan sawit yang sangat bergantung pada stabilitas lingkungan. Menurutnya, adaptasi dan mitigasi menjadi langkah penting yang harus diambil untuk menjaga produktivitas di tengah kondisi iklim yang semakin tidak menentu.
“Tanaman sawit yang dipersiapkan dengan baik, seperti melalui pengelolaan air, penggunaan bibit unggul, dan perlakuan tanah yang tepat, akan lebih tahan terhadap penyakit dan perubahan iklim,” ungkap Nuzul dalam webinar bertajuk Perubahan Iklim dan Produktivitas Sawit, Kamis, 28 November.
Nuzul menjelaskan bahwa adaptasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk teknik budidaya yang ramah lingkungan, diversifikasi pendapatan, dan pemantauan kondisi iklim. “Monitoring dan analisis iklim harus menjadi prioritas, sehingga risiko dapat diidentifikasi sejak dini,” tambahnya.
Di sisi lain, mitigasi mencakup upaya pengurangan emisi karbon dan metana, konservasi keanekaragaman hayati, serta pemanfaatan energi terbarukan. Menurut Nuzul, kolaborasi antara pelaku industri, pemerintah, dan masyarakat juga sangat diperlukan untuk menciptakan kebijakan yang mendukung penurunan emisi di sektor ini.
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Heri Budi Wibowo, mengatakan bahwa Sselain langkah adaptasi dan mitigasi, teknologi juga menjadi solusi inovatif dalam menghadapi perubahan iklim. Misalnya, modifikasi cuaca dapat membantu mempertahankan produktivitas sawit, terutama di tengah ancaman kemarau panjang.
“Strategi modifikasi cuaca yang tepat, seperti menyesuaikan sumber awan, potensi awan, dan angin, dapat meningkatkan cadangan air di lahan sawit sekaligus mencegah kebakaran. Dengan cara ini, kerugian akibat perubahan cuaca dapat diminimalkan,” jelas Heri. (Hartatik)