Pemerintah targetkan 708 GW kapasitas pembangkit terpasang EBT

Jakarta – Pemerintah Indonesia menargetkan kapasitas pembangkit terpasang sebesar 708 GW dari energi baru terbarukan (EBT) pada 2030. Hal ini disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam gelaran COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab.

Arifin mengatakan, potensi EBT di Indonesia mencapai 3.687 gigawatt (GW). Dari potensi tersebut, Indonesia menargetkan untuk memonetisasi sebanyak 708 GW.

“Kebutuhan investasi dari sektor listrik ini saja, membutuhkan sekitar 1.000 miliar dolar AS hingga 2060 mendatang,” ujar Arifin.

Adapun PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mencatat, hingga 2030 mendatang PLN membutuhkan dana 97 miliar dolar AS untuk meningkatkan kapasitas terpasang pembangkit yang berbasis EBT. Sementara hingga 2040 mendatang, PLN setidaknya membutuhkan tambahan investasi hingga 157 miliar dolar AS.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, dana tersebut untuk menjalankan program Accelerated Renewable Energy Development (ARED) yang diusung oleh PLN. ARED sendiri, kata Darmawan, memuat pembangunan jaringan transmisi dan pengembangan pembangkit EBT. Skema ARED secara agresif akan menambah kapasitas pembangkit PLN 75 persen dari energi terbarukan dan 25 persen dari gas.

Menurutnya, Indonesia perlu mengembangkan infrastruktur ini, “Karena hal ini penting untuk menjaga keseimbangan dalam sistem PLN begitu listrik EBT yang memiliki karakter intermittent masuk. Hal ini sekaligus memungkinkan kami meningkatkan kapasitas sistem dalam menampung listrik EBT dari tenaga angin dan surya hingga 28 GW.”

Selain pengembangan EBT, pemerintah juga tengah mengembangkan teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyebutkan, ada 400 gigaton (GT) potensi CCS serta kapasitas bisnis CCS/CCUS yang mencapai 60 juta ton per tahun (MTPA) di Indonesia.

“Sebagai BUMN sektor minyak dan gas yang dituntut untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia, namun di saat bersamaan menjalankan program dekarbonisasi. Pertamina melihat CCUS sebagai upaya meningkatkan jumlah minyak dan gas kita sekaligus mendukung target NZE,” kata Nicke.

Pertamina kini mengembangkan proyek CCUS di Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat yang memiliki potensi penyimpanan karbon 146 ribu ton. Pertamina juga sedang mengembangkan proyek CCS sebagai platform yang mendukung produksi amonia dan hidrogen rendah karbon.

Karbon dioksida (CO2) dari pembangkit amonia dan kilang nantinya akan dihapus dari pembangkit hidrogen, dengan teknologi konsentrasi tinggi, dan unit pembakaran, dengan konsentrasi rendah. Selanjutnya, CO2 akan dikompres dan diangkut ke area di sekitar pembangkit, lalu terjadilah injeksi CO2 atau proses CCS.

Pengembangan EBT dan CCUS merupakan upaya pemerintah Indonesia untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles