Jakarta – Pemerintah memangkas anggaran subsidi energi dalam RAPBN 2024 sebesar 6,3% dari angka Rp 357 triliun (USD 23,3 milyar) di 2023 menjadi Rp 329,9 triliun (USD 21,5 milyar) pada 2024. Anggaran tersebut untuk mensubsidi solar, LPG dan listrik.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatkan, alokasi anggaran subsidi energi tersebut ditetapkan dengan asumsi harga minyak dunia USD 80 per barel, naik sedikit dari proyeksi tahun ini sebesar USD 78 per barel. Sedangkan nilai tukar Rupiah atau kurs dalam asumsi dasar ekonomi makro tahun depan Rp 15.000 per dolar AS.
Dikatakannya dalam Konferensi Pers RAPBN dan Nota Keuangan Tahun Anggaran 2024 di Jakarta, Jumat, 18 Agustus, subsidi untuk solar Rp 1.000 per liter, subsidi LPG berupa subsidi selisih harga sebesar Rp 8.943 per kg, serta subsidi listrik bagi rumah tangga 450 VA dan 900 VA.
Pemerintah memprediksi, realisasi kompensasi dan subsidi energi tahun ini tidak akan sebesar yang dianggarkan, karena harga minyak lebih rendah, sehingga alokasi anggaran subsidi tahun ini diperkirakan hanya terserap Rp 185 triliun (USD 12,1 milyar) dan kompensasi Rp 114 triliun (USD 7,4 milyar).
Sementara itu, realisasi pembayaran subsidi energi per Juli 2023 adalah Rp145,9 triliun (USD 9,5 milyar). Selama periode 2019–2023, perkembangan volume penyaluran BBM jenis solar cenderung mengalami kenaikan dari realisasi penyaluran sebanyak 16,2 juta kilo liter pada tahun 2019 menjadi 17,6 juta kilo liter pada tahun 2022.
Kuota penyaluran BBM jenis solar pada kuota APBN tahun 2023 adalah sebanyak 17 juta kiloliter. Volume penyaluran BBM jenis minyak tanah relatif stabil mencapai 0,5 juta kiloliter per tahun. Selanjutnya, volume penyaluran LPG tabung 3 kg mengalami tren peningkatan dari realisasi penyaluran sebanyak 6,8 juta metrik ton pada tahun 2019 menjadi 7,8 juta metrik ton pada tahun 2022.
Kuota penyaluran LPG tabung 3 kg pada APBN tahun 2023 sebanyak 8,0 juta metrik ton. Di sisi lain, realisasi subsidi listrik selama periode 2019–2022 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 2,2 persen, dari semula Rp52,66 triliun (USD 3,4 milyar) pada tahun 2019 menjadi Rp56,24 triliun (USD 3,7 milyar) pada tahun 2022. Dalam outlook tahun 2023, subsidi listrik diperkirakan mencapai Rp70,88 triliun (USD 4,6 milyar). (Hartatik)