Jakarta – Menteri Energi Norwegia, Terje Aasland, menegaskan komitmen Norwegia dalam mendukung tujuan pengurangan emisi Indonesia dalam seminar “Norway and Indonesia Energy Seminar and Business Exchange on Green Transition” yang diselenggarakan oleh Indonesia Clean Energy Forum (ICEF) bersama Institute for Essential Services Reform (IESR) dan Kedutaan Besar Norwegia.
Seminar ini diadakan untuk mempertemukan berbagai pemangku kepentingan dan berbagi pengetahuan terkait transisi energi hijau. Indonesia berupaya mempercepat transisi dari energi fosil ke energi terbarukan dengan memanfaatkan pengalaman dan teknologi dari negara lain.
“Indonesia dan Norwegia telah menetapkan target NZE yang ambisius, dengan tujuan internasional yang aspiratif, seperti mewujudkan tujuan Persetujuan Paris,” ujar Aasland dalam keterangan tertulis, Kamis, 4 Juli.
Ia juga menekankan pentingnya teknologi ramah lingkungan seperti CCUS dan hidrogen dalam mendekarbonisasi energi. Aasland menambahkan bahwa Norwegia terus mengembangkan teknologi baru untuk mendukung dekarbonisasi.
“Saya menantikan ambisi pemerintah Indonesia untuk mencapai NZE pada tahun 2060 atau lebih cepat, dengan fokus pada sektor energi. Untuk mendekarbonisasi energi, Norwegia sedang mengembangkan teknologi ramah lingkungan yang baru, seperti CCUS, hidrogen, dan lainnya,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua ICEF, Bambang Brodjonegoro, menyatakan pentingnya peralihan ke energi terbarukan bagi Indonesia yang masih bergantung pada energi batubara.
“Setidaknya ada tiga hal yang harus dipersiapkan untuk transisi energi, yaitu pengembangan energi terbarukan, pembangunan infrastruktur transmisi, dan menjadi produsen penyimpanan energi,” ujar Bambang.
Ia menambahkan bahwa kerjasama dengan Norwegia dapat membantu Indonesia mengembangkan teknologi dan membangun kemitraan komersial dalam bidang energi terbarukan.
Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa menekankan implikasi signifikan dari transisi energi terhadap industri bahan bakar fosil.
“Transisi energi memiliki implikasi yang signifikan terhadap industri bahan bakar fosil, termasuk menurunnya permintaan bahan bakar fosil dan meningkatnya tekanan dari pemerintah, investor, pelanggan, dan masyarakat untuk mengurangi emisi,” jelas Fabby.
Ia juga menekankan pentingnya inovasi untuk tetap kompetitif di pasar dan menyarankan para pelaku usaha untuk menyesuaikan strategi operasi dan investasi mereka. (Hartatik)