Jakarta – Kelompok masyarakat sipil MADANI Berkelanjutan memperingatkan bahwa penundaan Kontribusi Nasional yang Diniatkan (NDC) kedua Indonesia dan pelemahan target FOLU Net Sink 2030 dapat melemahkan posisi Indonesia di kancah global. Kelompok tersebut mengatakan pada hari Rabu, 18 Juni, bahwa Indonesia menghadapi tekanan yang semakin besar untuk menunjukkan kepemimpinan iklim yang kredibel, menyusul kekhawatiran akan penundaan dalam penyerahan rencana iklim yang telah diperbaharui dan kemungkinan kemunduran dalam target-target perlindungan hutan yang penting.
“Indonesia memiliki tanggung jawab strategis untuk menjadi bagian dari solusi,” ujar Nadia Hadad, Direktur Eksekutif MADANI Berkelanjutan. “Sebagai negara dengan hutan tropis terbesar ketiga di dunia, (menurunkan ambisi iklim kita akan) mengirim sinyal yang bertolak belakang dengan harapan global terhadap Indonesia.”
SNDC merupakan pembaruan wajib atas komitmen iklim Indonesia di bawah Perjanjian Paris, yang harus diserahkan oleh semua negara pada tahun 2025. Namun, pernyataan terbaru dari Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menyarankan pendekatan yang lebih hati-hati, dengan menekankan bahwa SNDC harus “realistis, inklusif, dan dapat dieksekusi.” Ia memperingatkan bahwa target yang terlalu ambisius dapat merusak kredibilitas diplomatik Indonesia jika tidak tercapai.
Nadia menyanggah argumen tersebut dengan menekankan bahwa dunia lebih menghargai komitmen yang berani dan didukung oleh tindakan nyata daripada target yang aman yang mengakibatkan kegagalan bersama. Ia memperingatkan bahwa merevisi target FOLU (Forestry and Other Land Use) Net Sink 2030 menjadi lebih rendah akan menjadi sebuah langkah mundur yang besar.
Awalnya diluncurkan pada tahun 2022, komitmen FOLU Net Sink 2030 merupakan kebijakan unggulan yang bertujuan untuk memastikan bahwa sektor kehutanan Indonesia dapat menyerap lebih banyak karbon daripada yang diemisikan pada akhir dekade ini. Melemahkan tujuan ini, menurut Nadia, akan membahayakan keanekaragaman hayati Indonesia dan kredibilitas Indonesia dalam negosiasi iklim global.
Justifikasi pemerintah – menyeimbangkan target FOLU dengan ketahanan pangan dan pengembangan bioenergi – ditanggapi dengan skeptis oleh masyarakat sipil. “Menjaga hutan dan ekosistem adalah kunci utama dalam strategi mitigasi dan perlindungan keanekaragaman hayati Indonesia,” kata Nadia.
MADANI menegaskan bahwa SNDC harus mencerminkan jalur pembangunan yang berkelanjutan dan adil. “Penundaan hanya akan memperbesar resiko ekonomi, sosial, dan ekologis ke depan,” kata pernyataan tersebut.
Pada bulan Agustus 2024, 64 organisasi masyarakat sipil mengajukan rekomendasi bersama kepada pemerintah, menyerukan agar SNDC berbasis ilmu pengetahuan, berkeadilan sosial, dan inklusif terhadap kelompok-kelompok rentan. Nadia menekankan bahwa partisipasi publik adalah kunci legitimasi: “Tanpa keterlibatan yang berarti, SNDC berisiko menjadi tidak lebih dari sebuah dokumen yang dipoles namun tidak efektif.”
MADANI menyerukan kepada pemerintah untuk segera mengajukan SNDC yang ambisius dan adil, menegaskan kembali komitmen FOLU Net Sink, dan memastikan bahwa upaya adaptasi iklim memprioritaskan mereka yang paling terdampak.
“Ambisi yang tinggi tidak bertentangan dengan kenyataan,” kata Nadia. “Ini adalah satu-satunya jalan untuk memastikan masa depan yang layak bagi seluruh rakyat Indonesia.” (nsh)
Foto banner: Khun Ta/shutterstock.com