
Jakarta – Mahasiswi doktoral Departemen Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Fitria Nur Laily, ST, berhasil mengembangkan teknologi Microbial Fuel Cell (MFC) berbasis lumpur Sidoarjo. Teknologi ini dapat digunakan sebagai alternatif pembangkit listrik bagi daerah terluar, tertinggal, dan terdepan (3T) yang masih mengalami keterbatasan akses listrik, menurut ITS dalam situsnya, Senin, 17 Maret.
MFC merupakan teknologi yang memanfaatkan proses kimiawi mikroba dalam limbah organik untuk menghasilkan energi listrik. Fitria menjelaskan bahwa lumpur Sidoarjo memiliki potensi besar karena kandungan mikroba yang tinggi serta suhu panas alami yang mempercepat proses konversi energi.
“Lumpur ini memiliki suhu yang tinggi dan menyebabkan mikroba hidup sehingga memudahkan penelitian tentang MFC,” jelas Fitria. Menurutnya, suhu panas alami dari lumpur yang memiliki kandungan mikroba tinggi mempercepat proses pembentukan energi dalam MFC.
Proses produksi listrik dari MFC dimulai dengan mencampurkan lumpur Sidoarjo dengan limbah organik, seperti limbah makanan atau kotoran hewan. Mikroba dalam lumpur tersebut akan memecah senyawa organik dan menghasilkan aliran elektron yang kemudian dikonversi menjadi energi listrik. Teknologi ini telah diuji coba selama satu bulan, dan hasilnya menunjukkan bahwa MFC mampu menyimpan energi dalam bank daya serta menyalakan lampu LED secara berkelanjutan.
Fitria juga menjelaskan bahwa inspirasinya dalam mengembangkan MFC semakin kuat setelah mengikuti program pertukaran pelajar di Saga University, Jepang. Di sana, ia mempelajari teknologi MFC berbasis sensor yang mampu mengoptimalkan metabolisme mikroba untuk meningkatkan produksi listrik.
Sebagai bagian dari visinya, Fitria berharap inovasi ini dapat diterapkan secara luas di daerah 3T yang masih minim akses listrik. Menurutnya, teknologi ini tidak hanya bergantung pada lumpur Sidoarjo, tetapi juga dapat dikembangkan dengan lumpur lokal di berbagai daerah.
Fitria berambisi menginisiasi pemanfaatan MFC bagi masyarakat di daerah 3T dan berharap inovasi ini dapat dikembangkan lebih luas dan menjadi solusi nyata bagi masyarakat. Ia juga menekankan bahwa MFC bukan satu-satunya, melainkan salah satunya pilihan positif bagi kebersihan lingkungan dan sumber energi. “Tentunya saya berharap bahwa bukan hanya bermanfaat bagi masyarakat 3T, melainkan bisa bermanfaat bagi masyarakat yang lebih luas,” pungkasnya. (Hartatik)
Foto banner: shutterstock