Jakarta – Pada 2050, diperkirakan 9,5 miliar orang akan mengalami kekurangan air bersih, yang disebabkan antara lain karena perubahan iklim. Hal ini diungkapkan oleh Staf Khusus Menteri PUPR Bidang Sumber Daya Air, Firdaus Ali.
“Perubahan iklim membuat kebutuhan infrastruktur dan akses air bersih semakin mendesak,” kata Firdaus dalam Workshop Sustainable Water Finance secara virtual.
Dampak perubahan iklim tak hanya pada akses air bersih, tetapi juga kebutuhan sanitasi dan upaya penanggulangan banjir yang diprediksi akan meningkat seiring penambahan jumlah penduduk.
Untuk mengatasi krisis air bersih, Firdaus menekankan pentingnya solusi inovatif dan pendanaan yang berkelanjutan. Salah satu solusinya adalah pembentukan Global Water Fund (GWF).
Pada kesempatan sama, senada dengan Firdaus, Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR, Mohammad Zainal Fatah, mendorong inisiatif GWF “untuk menunjukkan komitmen ke semua pihak,” sebagai salah satu upaya mencapai SDGs (Sustainable Development Goals)
Zainal mengutip hasil pertemuan UN Water Conference tahun lalu, yang menyatakan bahwa Indonesia akan sulit mencapai SDGs di 2030 jika usaha yang dilakukan tidak berubah.
“Kita sedih, karena agenda 2030, kaitannya dengan sustainable development goals ini tidak akan tercapai kalau kita business as usual seperti sekarang ini. Kita harus bekerja minimum 3 kali lebih keras lagi kalau ingin mencapai hal tersebut dengan inovasi, salah satunya di bidang financing,” terang Zainal. (Hartatik)
Foto banner: Pixabay/Pexels.com