Jakarta – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menegaskan perlunya perubahan signifikan dalam pola produksi dan konsumsi untuk menghadapi tiga tantangan besar lingkungan yaitu kehilangan keanekaragaman hayati, perubahan iklim, dan degradasi lahan serta desertifikasi. Hal ini disampaikan dalam dialog Hari Lingkungan Hidup Sedunia secara daring, Rabu, 5 Juni.
Dalam kesempatan tersebut, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) KLHK, Laksmi Dhewanthi, mengingatkan bahwa Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diperingati setiap 5 Juni ini seharusnya menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran dan aksi nyata dalam mengatasi krisis lingkungan.
“Kita akan mampu menjawab tiga tantangan itu kalau kita mengubah pola produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan. Jadi sebetulnya kata kuncinya di perilaku kita, bagaimana kita mengubah gaya kita melakukan produksi dan konsumsi,” jelasnya.
Tema peringatan tahun ini, yaitu “Restorasi Lahan, Desertifikasi dan Ketahanan Menghadapi Kekeringan” atau “Land Restoration, Desertification, and Drought Resilience,” sangat relevan dengan isu yang dihadapi bumi saat ini. Laksmi juga menyoroti bahwa perubahan iklim menjadi salah satu masalah mendesak yang perlu tindakan segera.
“Iklim selalu berubah, karena ada namanya variabilitas iklim, tapi perubahan itu akan menjadi lebih cepat karena banyak aksi-aksi, banyak kegiatan dan perbuatan manusia yang kemudian memberikan beban tambahan kepada lingkungan sehingga dampaknya menjadi lebih berat lagi,” kata dia.
Dia menegaskan bahwa urgensi tindakan drastis sangat diperlukan karena jika tidak dilakukan langkah-langkah signifikan, suhu rata-rata permukaan bumi diperkirakan dapat naik lebih dari 2 derajat Celcius pada akhir abad ini.
Peningkatan suhu ini, lanjut Laksmi, akan berdampak serius pada ekosistem dan kehidupan makhluk hidup yang rentan. Sebagai contoh nyata, dia menyebutkan bahwa kenaikan permukaan air laut akan mempengaruhi komunitas dan ekosistem flora dan fauna serta mengubah pola hujan yang ada saat ini.
Laksmi juga menekankan pentingnya aksi global dalam menekan degradasi lahan dan desertifikasi, seraya mengingatkan bahwa tindakan kolektif sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
“Urgensi aksi iklim sangat nyata, namun sayangnya langkah nyata yang dilakukan masih kurang. Oleh karena itu, peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini harus menjadi pengingat bagi kita semua untuk bergerak lebih cepat dan lebih konkret dalam menghadapi tantangan lingkungan ini,” tutupnya. (Hartatik)