Kalau tarif serendah batubara, panas bumi bisa menjadi kunci pencapaian target netral karbon

Jakarta – Indonesia harus memanfaatkan cadangan energi panas buminya yang merupakan salah satu yang terbesar di dunia, menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dalam rilis tertulis, Jumat (3/6). Berdasarkan data ThinkGeoEnergy 2022, kapasitas terpasang pembangkit panas bumi di seluruh dunia mencapai 15.854 MW. Sementara cadangan panas bumi Indonesia diperkirakan sebesar 23,7 GW.

“Pemanfaatan panas bumi harus dilakukan secara optimal di tengah transisi energi dari fosil ke energi baru terbarukan. Di sini, Badan usaha milik negara (BUMN) diharapkan menjadi motor penggerak utama pengembangan panas bumi di Indonesia,” ungkap Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) ESDM, Harris Yahya.

Dengan kapasitas pembangkit sebesar 2.276 MW, Indonesia merupakan negara dengan kapasitas pembangkit terbesar kedua setelah Amerika Serikat sebesar 3.722 MW. Bahkan Indonesia sudah melampaui Filipina yang tercatat memiliki kapasitas pembangkit terpasang sebesar 1.918 MW.

Abadi Poernomo, Senior Advisor Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API), menambahkan BUMN menjadi pionir utama dalam pengembangan panas bumi. Namun, regulasi tetap menjadi faktor penentu. Misalnya saja dengan beberapa masalah klasik yang sering membentur panas bumi, terutama soal tarif harga listrik yang dijual dari pengembang.

Hingga saat ini panas bumi dinilai masih kalah dengan PLTU batu bara, karena masalah tarif atau harga listrik yang ditawarkan pembangkit batubara lebih murah daripada panas bumi. “Panas bumi tidak bisa compete dengan PLTU (saat harga batu bara dibawah 100 USD per ton). Pemerintah/PLN menghendaki tarif=BPP (biaya pokok produksi), di situ keekonomian panas bumi tidak masuk,“ jelas Abadi.

Saat ini ada tiga BUMN yang mengembangkan panas bumi sebagai sumber energi, yaitu PT PLN (Persero) melalui PLN Gas dan Geothermal, PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), dan PT Geo Dipa Energi. Harris menilai PGE menjadi BUMN yang berperan paling besar dalam pengembangan panas bumi. “Peran PGE bisa sangat krusial guna mendukung pencapaian target pemerintah,” ujarnya.

PGE saat ini mengelola 13 wilayah kerja panas bumi yang tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi Utara. Di wilayah tersebut telah terbangkitkan listrik panas bumi sebesar 1.877 MW, yang terdiri atas 672 MW dioperasikan sendiri oleh PGE dan 1.205 MW dikelola melalui Kontrak Operasi Bersama. Kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE berkontribusi sekitar 82% dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dengan potensi emission avoidance CO2 sekitar 9,7 juta ton CO2 per tahun. (Hartatik)

Foto banner: Tampak atas dari Wayang Windu Geothermal Power Plant, Bandung, Pangalengan, Jawa Barat (Akhmad Dody Firmansyah/shutterstock.com)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles