Konferensi Para Pihak ke-28 (COP28) telah mendekati titik kritis, dengan diskusi-diskusi penting mengenai transisi industri dan mekanisme pendanaan iklim yang inovatif menjadi pusat perhatian. Sorotan penting lainnya dari konferensi tahun ini adalah Global Stocktake (GST), yang teks finalnya akan diumumkan pada hari terakhir COP28 pada tanggal 12 Desember.
Sebuah draf teks GST mengungkapkan sebuah lanskap yang penuh nuansa di mana opsi-opsi untuk komitmen terkait energi fosil bervariasi – mulai dari penghentian secara bertahap hingga penghentian penggunaan energi batu bara yang tidak berkelanjutan. Pada hari yang sama, yaitu Hari Energi di COP28, sebuah meja bundar tentang Akselerator Transisi Industri mempertemukan para pemangku kepentingan utama dari bidang teknologi, infrastruktur, pengguna energi tinggi, pembuat kebijakan, dan pemodal. Diskusi ini bertujuan untuk membahas tantangan-tantangan penting dalam transisi industri menuju praktik-praktik yang berkelanjutan.
Mekanisme pembiayaan untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil
Sorotan terhadap pendanaan iklim semakin meningkat di COP28, dengan diskusi yang berkisar pada kesenjangan antara kebutuhan pendanaan iklim dan penawaran yang ada. Dewan Pertahanan Sumber Daya Alam (NRDC) dengan cermat melacak janji yang dibuat pada konferensi tersebut, menyoroti pentingnya mekanisme keuangan seperti Fasilitas Lingkungan Hidup Global, Dana Iklim Hijau, dan Dana Adaptasi.
Di tengah-tengah fokus yang semakin besar terhadap pendanaan iklim di COP28, diskusi tidak hanya berpusat pada kesenjangan antara kebutuhan pendanaan iklim dan penawaran yang ada, namun juga menjajaki mekanisme inovatif untuk mengatasi kesenjangan ini.
Pada hari Senin, Otoritas Moneter Singapura (MAS), meluncurkan Transition Credits Coalition (TRACTION), yang memperkenalkan dua proyek percontohan untuk menguji penggunaan kredit transisi berintegritas tinggi dalam transaksi untuk pemensiunan dini pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU). Kredit ini berfungsi sebagai instrumen pembiayaan yang selaras dengan standar yang diakui secara global. Kredibilitas kredit transisi tersebut menjadi sangat penting dalam memastikan pergeseran yang adil dan efektif menuju energi bersih.
Putra Adhiguna, Energy Technologies Research Lead di Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), menekankan perlunya kredit transisi yang kredibel untuk memfasilitasi peralihan ke energi bersih. Ia menyuarakan keprihatinannya terhadap jalur industri minyak dan gas, dan mendesak adanya kejelasan mengenai upaya-upaya simultan untuk pensiun dini dan pembangunan infrastruktur baru.
“Kredibilitas dari konsep transition credit yang berbasis sains akan terus menjadi sorotan berbagai pihak, karena kita perlu ingat sejarah kredit karbon yang sudah puluhan tahun sampai saat ini masih dipenuhi skandal. Kredibilitas ini bisa membuat transition credit berjalan atau gagal dari awal bila terkooptasi kepentingan sektor energi fosil,” ujarnya.
Andrew Steer, CEO Bezos Earth Fund, menggarisbawahi urgensi untuk mengurangi tenaga listrik yang dihasilkan oleh batu bara dari 36% menjadi kurang dari 4% pada tahun 2030. Ia mengatakan bahwa meskipun “hal ini terdengar seperti tugas yang sangat besar dan mustahil, namun sebenarnya tidak,” dan menekankan pentingnya upaya bersama.
Wawasan ilmu pengetahuan iklim
Laporan “10 Wawasan Baru dalam Ilmu Pengetahuan Iklim” yang dipresentasikan pada COP28 memberikan informasi penting kepada para pembuat kebijakan yang berasal dari penelitian terbaru. Laporan tersebut memperingatkan akan adanya risiko melampaui target 1,5°C dalam Perjanjian Paris dan menganjurkan pergeseran cepat dari peningkatan penggunaan bahan bakar fosil sebesar 1% per tahun menjadi penurunan global sebesar 5% per tahun. Namun, kontroversi muncul ketika Presiden COP28 Dr. Sultan Al Jaber pada awalnya menolak ilmu pengetahuan di balik penghentian penggunaan bahan bakar fosil, sebuah klaim yang kemudian dibantah karena ‘disalahartikan’.
Penolakan mentah-mentah Arab Saudi terhadap teks apa pun yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil menambah kerumitan dalam wacana global tentang aksi iklim.
COP28 muncul sebagai arena yang sangat penting untuk membentuk arah aksi iklim global. Kredit transisi, GST, dan mekanisme pendanaan iklim secara kolektif menavigasi medan yang kompleks dalam transisi industri, membahas wawasan ilmiah, dan menjembatani kesenjangan keuangan. Seiring berjalannya konferensi, dunia menantikan teks dan komitmen akhir yang akan membentuk masa depan ketahanan dan keberlanjutan iklim. (nsh)
Foto banner: Instalasi seni BEE THE CHANGE di COP28. ©UN COP28