Jakarta – Sebuah data terbaru yang dirilis oleh World Resources Institute (WRI) dan Google DeepMind pada hari Kamis, 12 Juni, mengungkapkan bahwa lebih dari tiga perempat kehilangan tutupan pohon di Indonesia dalam dua dekade terakhir kemungkinan besar disebabkan oleh deforestasi, yaitu pengalihfungsian hutan secara permanen menjadi penggunaan lain, dan menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat deforestasi tertinggi di dunia.
Data yang kini tersedia di platform Global Forest Watch menunjukkan bahwa antara tahun 2001 dan 2024, Indonesia telah kehilangan tutupan pohon seluas 32 juta hektar (ha), atau setara dengan penurunan tutupan pohon sebesar 20% sejak tahun 2000, dan 23,2 Gt emisi CO2. Dari jumlah tersebut, 76% terjadi di daerah-daerah di mana penyebab utamanya, seperti ekspansi komoditas dan pertanian permanen, mengarah pada konversi hutan dalam jangka panjang. Pada tahun 2024 saja, Indonesia kehilangan 259.000 hektar hutan alam, yang melepaskan sekitar 194 juta metrik ton karbon dioksida ke atmosfer.
Pertanian permanen diidentifikasi sebagai penyebab utama, yang bertanggung jawab atas hilangnya 23,4 juta hektar tutupan pohon selama periode 23 tahun. Ekspansi komoditas keras, seperti kelapa sawit dan kayu pulp, menyumbang 716.000 hektar lainnya, sementara pemukiman dan pembangunan infrastruktur menyumbang 122.000 hektar kehilangan tutupan pohon.
Sebaliknya, gangguan sementara, seperti penebangan selektif (3,33 juta hektar), perladangan berpindah (1,79 juta hektar), dan kebakaran hutan (2,25 juta hektar), juga cukup signifikan, namun tidak serta merta mengakibatkan deforestasi secara permanen, karena hutan dapat beregenerasi kembali di area-area tersebut.
Perincian regional menunjukkan bahwa hanya lima provinsi yang bertanggung jawab atas 59% dari total kehilangan tutupan pohon di Indonesia. Provinsi Riau menduduki peringkat teratas dengan 4,3 juta hektar lahan yang hilang, diikuti oleh Kalimantan Barat (4,21 juta hektar), Kalimantan Tengah (3,86 juta hektar), Sumatera Selatan (3,29 juta hektar), dan Kalimantan Timur (3,13 juta hektar). Daerah-daerah tersebut secara historis merupakan titik-titik penting bagi industri pertanian, penebangan hutan, dan pengeringan lahan gambut, yang merupakan kontributor utama bagi penurunan luas hutan di Indonesia.

Secara global, laporan tersebut menemukan bahwa 34% dari seluruh kehilangan tutupan pohon dari tahun 2001 hingga 2024 disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan secara permanen. Di hutan hujan primer tropis, seperti yang terdapat di Indonesia, angka tersebut meningkat menjadi 61%, menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan solusi yang spesifik untuk setiap wilayah.
Indonesia telah mencapai kemajuan penting dalam mengurangi deforestasi sejak puncaknya di awal tahun 2010-an, terutama melalui moratorium pembukaan hutan primer, penegakan hukum yang lebih baik, dan rantai pasok komoditas yang lebih berkelanjutan. Namun, masih adanya perubahan penggunaan lahan beremisi tinggi menyoroti tantangan yang masih ada.
Dengan adanya sorotan terhadap penyebab deforestasi, para ahli berharap data baru ini dapat membantu membentuk strategi yang lebih efektif dan sesuai dengan kondisi setempat untuk melestarikan hutan yang tersisa di Indonesia dan memenuhi komitmen iklim. (nsh)
Foto banner: Hutan hujan di Kalimantan, Malaysia, digunduli untuk ditanami kelapa sawit (Jonathan Yee/shutterstock.com)