Indonesia butuh investasi Rp3.710 triliun untuk 100 GW energi bersih hingga 2040

Jakarta – Pemerintah Indonesia menargetkan kapasitas pembangkit listrik bersih sebesar 100 gigawatt (GW) hingga tahun 2040, dengan sekitar 75 persen dari kapasitas tersebut berasal dari energi terbarukan. Proyek ini diperkirakan membutuhkan investasi senilai USD 235 miliar atau sekitar Rp3.710 triliun (kurs Rp15.790 per USD), dengan fokus utama pada pengembangan energi surya, angin, dan panas bumi.

Target ini disampaikan oleh Ketua Delegasi Indonesia untuk Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP29), Hashim S Djojohadikusumo, dalam forum internasional di Baku, Azerbaijan, Kamis, 14 November. Hashim menyatakan bahwa rencana ini merupakan bagian dari upaya Indonesia untuk mencapai dekarbonisasi dan mengurangi emisi karbon secara signifikan.

“Indonesia telah menetapkan target ambisius ini sebagai komitmen dalam mendukung upaya global menjaga kenaikan suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celsius. Namun, untuk mewujudkannya, diperlukan kerjasama lintas sektor dan investasi yang sangat besar,” ujar Hashim.

Komitmen energi terbarukan dan tantangan implementasi

Institute for Essential Services Reform (IESR) menilai langkah pemerintah ini sebagai sinyal positif dalam transisi energi menuju sumber yang lebih bersih. Namun, Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, menyoroti bahwa meskipun target besar telah ditetapkan, implementasi di lapangan masih menghadapi banyak kendala.

“Pengembangan kapasitas energi terbarukan harus disertai dengan langkah konkret untuk mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batubara. Jika PLTU tidak dihentikan secara bertahap sebelum 2045, target penurunan emisi yang ambisius hanya akan menjadi janji tanpa realisasi,” kata Fabby.

Ia menegaskan bahwa untuk mencapai target 100 GW energi bersih, dibutuhkan investasi yang besar dan berkelanjutan. “Investasi sebesar USD 235 miliar ini bukan jumlah yang kecil. Perlu ada kebijakan yang mendukung masuknya investasi asing, serta penguatan peran sektor swasta dalam proyek-proyek energi terbarukan,” ujar Fabby.

Menurut Fabby, sumber pendanaan harus diarahkan pada proyek-proyek energi terbarukan yang sudah terbukti berpotensi mengurangi emisi karbon, seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga angin (PLTB), dan bukan nuklir yang membutuhkan waktu lama.

Sebagai bagian dari rencana jangka panjang, PT PLN (Persero) telah menyusun strategi pengembangan pembangkit energi terbarukan hingga mencapai 75 GW pada 2040. PLN juga merencanakan pembangunan jaringan transmisi hijau yang akan membantu mendistribusikan energi bersih ke berbagai wilayah, termasuk daerah terpencil yang memiliki potensi energi terbarukan besar, seperti energi surya di Nusa Tenggara dan angin di Sulawesi. (Hartatik)

Foto banner: Ketua Delegasi Indonesia untuk Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP29), Hashim S Djojohadikusumo. Tangkapan layar kanal YouTube DG PPI KLH

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles