Jakarta – Pemerintah menetapkan langkah mempercepat transisi energi melalui pembangunan jaringan listrik sepanjang 47.758 kilometer sirkuit (kms) yang dirancang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034.
“Kita ini sudah programkan EBT (energi baru dan terbarukan), tetapi ternyata tidak ada jaringannya. Ini yang membuat masalah besar. Tanpa jaringan, energi bersih tak bisa kita manfaatkan secara maksimal,” tegas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, dalam keterangan resmi, Sabtu, 31 Mei.
Fokus pembangunan ini adalah untuk menyalurkan daya dari pembangkit EBT ke sistem kelistrikan nasional, hingga menjangkau pelanggan akhir di berbagai pelosok Indonesia. Jaringan transmisi tersebut akan menjadi tulang punggung dalam memperluas interkoneksi pembangkit EBT dengan gardu induk PLN dan sistem distribusi ke rumah tangga, sekaligus mendukung target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025.
Jawa terpanjang, Maluku-Papua diperkuat
Dalam rencana pembangunan yang terbagi ke seluruh wilayah, regional Jawa-Madura-Bali (Jamali) tercatat akan memiliki jaringan transmisi terpanjang, yakni 13,9 ribu kms. Sementara itu, Sumatera akan dibangun sepanjang 11,2 ribu kms, Kalimantan 9,8 ribu kms, dan Sulawesi 9,0 ribu kms.
Untuk mendukung kelistrikan di wilayah timur, pemerintah menetapkan pembangunan jaringan sepanjang 3,9 ribu kms di Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara. Proyek ini ditujukan untuk memperkuat keandalan pasokan listrik dan mempercepat pemerataan energi di wilayah tertinggal.
“Transmisi ini adalah fondasi utama untuk membawa listrik EBT ke seluruh wilayah Indonesia. Jadi ini bukan proyek biasa, tapi infrastruktur vital,” ujar Bahlil.
Gardu induk dan investasi ratusan triliun
Selain jaringan transmisi, tambahan gardu induk sebesar 107.950 mega volt ampere (MVA) juga akan dibangun untuk menopang peningkatan kapasitas sistem kelistrikan nasional. Seluruh proyek transmisi dan gardu induk ini diproyeksikan membuka peluang investasi sebesar Rp565,3 triliun selama periode RUPTL. Pemerintah memproyeksikan sekitar 881.132 tenaga kerja akan terserap dalam sektor manufaktur, konstruksi, operasi, serta pemeliharaan infrastruktur kelistrikan.
Bahlil menekankan pentingnya penggunaan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) secara maksimal dalam proyek ini agar manfaat ekonominya dirasakan langsung oleh industri nasional.
“Saya minta ini jangan sampai ada impor. Kita punya kapasitas industri dalam negeri yang harus dimanfaatkan. Pasar sebesar ini jangan dikasih ke luar, ini kesempatan untuk dalam negeri,” tegas Bahlil.
Menurutnya, dengan anggaran pembangunan transmisi dan gardu induk yang bisa mencapai Rp400 triliun hingga Rp500 triliun, penguatan industri nasional adalah kunci agar pertumbuhan ekonomi dapat terakselerasi secara merata. (Hartatik)
Foto banner: shutterstock