Jakarta – Indonesia Investment Authority (INA) menggandeng British International Investment (BII) untuk berinvestasi di sektor infrastruktur hijau, energi terbarukan, ketahanan iklim, dan sektor-sektor yang berkaitan dengan adaptasi di negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini.
Kemitraan ini diresmikan pada tanggal 18 Juli di Jakarta dengan penandatanganan Perjanjian Kerangka Kerja Investasi (“IFA”) antara lembaga pengelola dana investasi Indonesia dengan lembaga pembiayaan pembangunan (DFI) dan investor berdampak dari Inggris.
INA dan BII akan memobilisasi modal dan mempercepat investasi di beberapa sektor hijau di Indonesia untuk mencapai tujuan pembangunan dalam meningkatkan produktivitas, keberlanjutan, dan inklusi. Melalui IFA, kedua belah pihak bermaksud untuk menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk memfasilitasi investasi dan kemitraan dalam bisnis sektor swasta di Indonesia. Dengan memanfaatkan kekuatan, pengalaman, jaringan, dan visi bersama, kemitraan ini siap untuk mencari keuntungan optimal yang disesuaikan dengan risiko atas modal yang diinvestasikan, menumbuhkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dan mengatasi tantangan iklim global.
INA telah menetapkan energi hijau dan transformasi sebagai salah satu sektor investasi prioritasnya, dengan fokus untuk mendukung transisi energi Indonesia menuju energi terbarukan. Awal tahun ini, INA melakukan investasi strategis pertamanya di bidang energi hijau melalui PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), perusahaan energi panas bumi terbesar di Indonesia.
INA juga bekerja sama dengan Contemporary Amperex Technology Co, Limited (CATL) untuk membentuk Green Electric Vehicle (EV) Fund yang berkonsentrasi pada investasi rantai nilai kendaraan listrik, terutama di Indonesia.
Sebagai bagian dari investasi pemerintah, INA menandai komitmennya terhadap mekanisme transisi energi (ETM) dengan bekerja sama dengan Asian Development Bank (ADB) untuk proyek percontohan dan PT Cirebon Electric Power (CEP) untuk mendukung transisi energi di Indonesia dengan menghapus pembangkit listrik tenaga batu bara secara bertahap.
Sementara itu, BII, dengan pengalamannya selama 75 tahun dalam berinvestasi untuk menciptakan negara berkembang yang lebih produktif, berkelanjutan, dan inklusif, berkomitmen untuk mendorong pendanaan iklim di kawasan Asia Tenggara. Sebagai bagian dari strategi investasi 2022-2026, BII kembali masuk ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dengan rencana investasi hingga £500 juta di seluruh struktur permodalan untuk mendukung transisi energi hijau di kawasan ini. Komitmen tersebut baru-baru ini ditunjukkan melalui investasi BII sebesar $15 juta pada SUSI Asia Energy Transition Fund (SAETF), sebuah dana infrastruktur transisi energi yang berfokus di Asia Tenggara.
Khususnya di Indonesia, BII telah berinvestasi dalam pengembangan proyek-proyek pembangkit listrik tenaga air dan angin melalui perusahaan patungan antara SAETF dan pengembang regional Pacific Impact. Investasi ini menegaskan kembali komitmen baru DFI untuk berinvestasi dalam pendanaan iklim di Indonesia sebagai salah satu pasar prioritas BII di Asia Tenggara. (I Made Sentana)