IESR: Lima tahun mendatang masa kritis transformasi ekonomi hijau Indonesia

Jakarta – Transisi menuju ekonomi hijau menjadi fokus utama bagi Indonesia, dengan lima tahun ke depan menjadi periode kritis untuk memastikan transformasi ini berjalan efektif. Upaya ini dianggap penting untuk mendukung ketahanan energi, meningkatkan swasembada, dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang mampu mengangkat Indonesia dari status negara berpenghasilan menengah (middle income trap).

“Lima tahun ke depan adalah momentum penting bagi Indonesia untuk memastikan transisi energi yang adil dan berkelanjutan, sejalan dengan target menekan emisi gas rumah kaca dan memperkuat swasembada energi,” ungkap Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, kepada media di Jakarta, Kamis, 31 Oktober.

Komitmen terhadap ekonomi hijau ini diproyeksikan dapat menciptakan fondasi yang lebih kuat dalam menghadapi tantangan iklim global dan persaingan ekonomi. IESR dan Indonesia Clean Energy Forum (ICEF) akan mendorong urgensi transformasi ekonomi hijau dalam acara tahunan Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2024, yang akan berlangsung pada 4 sampai 6 November 2024 di Jakarta. Dengan tema “Mewujudkan Transisi Energi yang Berkeadilan dan Tertata,” acara ini akan membahas kemajuan, tantangan, serta peluang yang muncul dalam proses transisi energi di Indonesia.

Pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran diharapkan dapat menjadikan transisi energi sebagai misi nasional yang terintegrasi. Pada pertemuan Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP 28) lalu, Indonesia menyepakati peningkatan kapasitas energi terbarukan hingga tiga kali lipat pada 2030.

“Komitmen Indonesia terhadap bauran energi terbarukan harus selaras dengan perencanaan nasional, seperti Kebijakan Energi Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional,” ujar Fabby.

Menurut Fabby, penurunan penggunaan energi fosil dan peningkatan bauran energi terbarukan akan menjadi indikator utama dalam mencapai swasembada energi serta pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil. IESR akan menyampaikan lima rekomendasi utama yang dirumuskan dalam sebuah surat resmi kepada kementerian terkait sebagai langkah konkret untuk mempercepat transformasi energi.

Optimalisasi energi terbarukan di daerah

Manajer Program Transformasi Sistem Energi IESR, Deon Arinaldo menegaskan, bahwa Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar dan tersebar di berbagai daerah, mulai dari tenaga surya, angin, hingga energi berbasis baterai. Pemanfaatan energi terbarukan di tingkat daerah, menurutnya, dapat memberikan dampak signifikan pada ketahanan energi dan akses energi yang merata bagi masyarakat.

“Pengembangan energi terbarukan yang berbasis potensi lokal dapat membantu meningkatkan akses energi berkelanjutan serta menciptakan ketahanan energi di setiap daerah, lebih baik dibandingkan proyek energi yang bersifat terpusat dan berbiaya tinggi,” tambah Deon.

Indonesia juga diharapkan untuk memainkan peran strategis dalam menggalang kerja sama global, khususnya dengan negara-negara berkembang melalui inisiatif Selatan-Selatan. Arief Rosadi, Manajer Program Diplomasi Iklim dan Energi IESR, menyebut bahwa Presiden Prabowo dapat memperkuat posisi Indonesia dalam forum internasional seperti UNFCCC, G20, ASEAN, dan Belt and Road Initiative. Hal ini diharapkan dapat membantu mempercepat transisi energi di negara berkembang, sekaligus memberikan akses terhadap teknologi dan pembiayaan yang dibutuhkan.

“Kerja sama internasional ini tidak hanya bermanfaat bagi Indonesia tetapi juga bagi negara-negara berkembang yang ingin beralih ke energi bersih. Transfer teknologi dan pengetahuan melalui kerja sama ini akan membantu Indonesia mengembangkan industri energi terbarukan dan meningkatkan investasi di sektor energi bersih,” jelas Arief.

IESR, dalam laporan kebijakannya, memberikan lima rekomendasi utama untuk mempercepat proses transisi energi di Indonesia. Pertama, memperkuat komitmen politik yang jelas terhadap ekonomi hijau. Kedua, mencapai swasembada energi melalui pengembangan energi terbarukan. Ketiga, memanfaatkan momentum transisi energi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Keempat, mendorong peran aktif berbagai pemangku kepentingan dalam transisi energi. Kelima, memperkuat kolaborasi dalam kerja sama Selatan-Selatan guna mendukung upaya transisi energi di negara berkembang.

Acara IETD 2024 menjadi wadah diskusi bagi para pemangku kepentingan dari berbagai sektor untuk merumuskan arah kebijakan yang jelas dan langkah strategis menuju ekonomi hijau. Diharapkan, langkah-langkah konkret ini dapat memastikan transformasi ekonomi Indonesia berlangsung berkeadilan dan berkelanjutan, sehingga Indonesia siap menghadapi tantangan perubahan iklim dan menjadi contoh bagi negara lain dalam proses transisi energi. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles