IDAI: Anak-anak rentan dampak perubahan iklim

Jakarta – Cuaca panas dan dingin ekstrem yang terjadi akibat dampak dari perubahan iklim dapat memengaruhi kesehatan anak, menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Anak-anak lebih rentan terpapar karena memiliki karakteristik fisik yang berbeda dengan orang dewasa.

Ketua Satgas Bencana IDAI, dr. Kurniawan Taufiq Khadafi, menjelaskan ada beberapa hal yang membuat anak rentan terhadap kegawatdaruratan perubahan iklim. Di antaranya dampak langsung perubahan iklim terhadap kesehatan anak terjadi karena perubahan suhu bumi yang ekstrem.

“Kejadian cuaca ekstrem yang berakibat pada kekeringan dan kebakaran hutan, banjir, ataupun proses presipitasi yang ekstrem juga dapat memengaruhi kesehatan anak-anak,” ungkap dr. Khadafi dalam jumpa pers virtual bersama IDAI, awal Mei.

Selain cuaca panas, suhu dingin bumi yang ekstrem juga sangat berisiko terutama pada bayi berusia 0-185 hari karena akan menyebabkan hipotermia hingga memicu kematian. Pada periode usia ini, bayi memang harus dijaga agar selalu dalam keadaan hangat.

Karakteristik unik yang dimiliki anak ini di antaranya adalah banyak menghirup dan mudah menyerap bahan berbahaya yang terkandung di udara, banyak bermain di luar rumah serta tidak mampu mengekspresikan keluhan. Ketika anak sudah dalam keadaan sakit, orang tua baru mengetahuinya sudah dalam fase lanjut. Sebab, anak biasanya tidak jelas mengungkapkan keluhan awal, dan hanya bisa menangis saja.

Mereka juga sangat membutuhkan vaksinasi, pemilihan, dan penghitungan dosis obat yang berbeda dengan orang dewasa. Kerentanan anak terhadap perubahan iklim ini juga tidak terlepas dari karakteristik mereka yang unik. Sebab, sebagian besar fisiologis anak sangat berbeda dibandingkan dengan orang dewasa, dan bukan merupakan manusia dewasa mini.

Guna menangani kebutuhan khusus anak-anak terhadap dampak perubahan iklim ini, para peneliti pun mendorong agar konsorsium internasional dapat mengembangkan protokol medis, termasuk sejumlah upaya yang dapat diadopsi untuk mengatasi kebutuhan khusus anak yang tidak terpenuhi saat terjadi bencana alam terkait iklim. Hal itu yang menjadi salah satu faktor utama anak lebih mudah terpapar kegawatan perubahan iklim. (Hartatik)

Foto banner: Guduru Ajay Bhargav/pexels.com

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles