Hilirisasi dongkrak hampir separuh konsumsi energi nasional di sektor industri

Jakarta – Akselerasi hilirisasi dan industrialisasi di berbagai wilayah Indonesia telah menciptakan lonjakan permintaan energi yang signifikan, terutama dari sektor industri, menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rabu 9 Juli. Pemerintah mencatat, industri kini menyumbang hampir setengah dari konsumsi energi nasional dan terus tumbuh setiap tahun.

“Permintaan dari sektor industri saat ini menjadi yang paling dominan, mencapai 45,94% dari total konsumsi energi nasional. Ini tumbuh sekitar 4,5% per tahun, dan terus meningkat seiring dengan masifnya kegiatan hilirisasi,” ujar Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung dalam keterangan resmi.

Data Kementerian ESDM mencatat total konsumsi energi primer Indonesia pada 2024 mencapai 1.276 juta barrel oil equivalent (BOE). Dari jumlah tersebut, sektor industri menjadi pengguna terbesar, jauh melampaui sektor transportasi dan rumah tangga. “Ini sinyal bahwa pembangunan industri kita berjalan, tapi di sisi lain menjadi tantangan besar bagi sektor energi untuk memenuhinya secara berkelanjutan,” jelas Yuliot.

Bauran energi nasional saat ini masih bergantung pada energi fosil dimana didominasi batu bara 40,37%, disusul minyak bumi 28,82% dan gas bumi: 16,17%. Sedangkan energi baru terbarukan (EBT) baru 14,65%. Menurut Yuliot, masih ada ruang sekitar 9% untuk mengejar target bauran energi nasional.

Impor jadi solusi jangka pendek kekurangan produksi

Indonesia saat ini hanya mampu memproduksi sekitar 580 ribu barel minyak per hari, sementara kebutuhan nasional mencapai 1,6 juta barel per hari. Akibatnya, impor minyak mentah mencapai 900 ribu hingga 1 juta barel per hari pada 2030.

Beberapa strategi telah disiapkan, antara lain reaktivasi 4.457 sumur minyak idle, ekspansi eksplorasi ke wilayah timur Indonesia, penerapan teknologi baru seperti fracking dan horizontal drilling.

Kondisi ini ikut menekan keuangan negara, di mana realisasi belanja subsidi energi tahun 2024 mencapai pada 2024 mencapai Rp177,6 triliun dan diperkirakan naik menjadi Rp197,75 triliun pada 2025.

Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, pemerintah menyiapkan penguatan infrastruktur ketenagalistrikan lewat Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034. Beberapa proyek strategis yang akan diluncurkan mencakup pembangunan pembangkit listrik sebesar 69,5 gigawatt (GW), jaringan transmisi sepanjang 47.758 kilometer sirkuit, gardu induk dengan kapasitas 107.950 MVA.

Yuliot menegaskan bahwa penguatan infrastruktur menjadi krusial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional hingga 8% per tahun, sebagaimana ditargetkan oleh Presiden. (Hartatik)

Foto banner: Gambar dibuat oleh DALL-E OpenAI melalui ChatGPT (2024)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles