Jakarta – Staf Khusus Menteri ESDM, Irwandy Arif mengatakan, prospek pertambangan bawah tanah kini semakin bersinar sebagai tren utama di masa depan, diperkuat oleh penurunan cadangan dekat permukaan. Menurutnya, meskipun investasinya tinggi, keunggulan pertambangan bawah tanah terletak pada risiko lingkungan yang lebih terkendali dibandingkan dengan tambang permukaan.
“Dengan semakin sedikitnya cadangan dekat permukaan, tambang bawah tanah akan menjadi tren dominan. Meski memiliki tantangan biaya investasi yang signifikan, teknologi canggih dan ketersediaan SDM memberikan peluang pengurangan risiko dampak lingkungan,” ungkap Irwandy dalam keterangan tertulis, Selasa, 26 Desember.
Menurutnya, biaya operasional tambang bawah tanah memang lebih tinggi karena faktor ventilasi, penyanggaan, dan lainnya. Meskipun demikian, Irwandy menekankan bahwa inovasi teknologi dapat memangkas biaya, membuka potensi besar untuk keberlanjutan tambang bawah tanah.
“Biaya penambangan bawah tanah memang lebih besar dari tambang terbuka, tapi dengan adanya disruption technologies beberapa biaya bisa terpangkas terbuka,” kata Irwandy.
Berbagai faktor mendorong perkembangan tambang bawah tanah di Indonesia. Selain berkurangnya deposit berkadar tinggi dekat permukaan, pengetatan regulasi lingkungan dan pembatasan mobilitas peralatan mekanik pada tambang terbuka menjadi pemicu penting.
Dalam konteks ini, Irwandy melihat masa depan cerah untuk tambang bawah tanah di Indonesia.
Sektor batubara bawah tanah juga menunjukkan potensi besar. Wilayah seperti Barito dan Asam-Asam Basins, Kutai, Tarakan Basins, dan South Sumatera Basins memiliki potensi besar dengan total potensi mencapai jutaan ton batubara.
Saat ini, sejumlah perusahaan, termasuk PT. Sumber Daya Energi dan PT Merge Mining Industri, telah meresmikan produksi pertama tambang bawah tanah.
Dengan 15 perusahaan tambang batubara bawah tanah yang beroperasi di Indonesia, seperti CV Air Mata Emas, PT Nusa Alam Lestari, dan PT Kusuma Raya Utama, tampaknya industri ini akan memainkan peran kunci dalam membentuk paradigma baru dalam sektor pertambangan Indonesia, menggabungkan efisiensi dan keberlanjutan. (Hartatik)