Jakarta – Sepanjang tahun 2022, program-program mandatori biodiesel B30 berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca hingga sekitar 27,8 juta ton CO2 setara (CO2e) dan memberikan manfaat ekonomi lebih dari USD 10 miliar, menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Biomassa sebagai sumber energi terbarukan berperan penting dalam program dekarbonisasi menuju emisi nol bersih.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Yudo Dwinanda menyebutkan, alokasi kuota biodiesel yang disalurkan sepanjang 2022 sebanyak 11 juta kiloliter (KL).
“Pada tahun ini, kuota biodiesel telah ditetapkan sebesar 13,15 juta kiloliter, dan diharapkan manfaat dari program ini akan mencapai lebih dari 11,2 miliar USD,” terang Yudo, dalam keterangan resmi.
Menurutnya, Indonesia telah mengimplementasikan biodiesel selama lebih dari 17 tahun dan dianggap sebagai pelopor dalam pemanfaatan biodiesel. Dengan peningkatan penggunaan biodiesel, menurut Yudo, Indonesia mengambil langkah penting dalam mengurangi emisi dan mencapai tujuannya dalam pengurangan gas rumah kaca (GRK).
Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi GRK sesuai dengan kesepakatan global yang tertuang dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC). Targetnya adalah mengurangi emisi GRK sebanyak 32% atau 358 juta ton CO2 secara mandiri dan sebanyak 41% atau sekitar 446 juta ton CO2 dengan bantuan dunia internasional pada 2030. (Hartatik)
Foto banner: Biosolar B30 terdiri dari campuran solar dan biodiesel dengan perbandingan 70:30. (Sumber: Astra Agro Lestari)