Jakarta – Pemerintah perlu memikirkan daur ulang baterai kendaraan listrik agar tidak menimbulkan persoalan lingkungan di tengah upaya mendorong penggunaan kendaraan dengan mesin yang hemat energi dan beremisi rendah yakni bertenaga listrik, demikian menurut anggota Dewan Energi Nasional (DEN) As Natio Lasman.
Pemerintah berencana menghentikan penjualan mobil serta motor dengan mesin berbahan bakar minyak masing-masing pada 2040 dan 2050. Hal itu menjadi peluang bagi para peneliti dan praktisi untuk pengembangan baterai kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KLBB) dan battery energy storage system (BESS) dengan teknologi dari dalam negeri.
Menurut As Natio Lasman mengatakan, baterai kendaraan listrik berperan penting dalam transisi energi di Indonesia. Menurutnya, penggunaan baterai untuk sektor energi maupun transportasi akan sangat besar.
“Ke depan, bagaimana kita dapat mengelola lingkungan yang baik dengan recycling battery juga,” ucap As Natio dalam rapat koordinasi (rakor) akselerasi pengembangan ekosistem industri baterai nasional untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai serta rencana kerja penyusunan rekomendasi kebijakan pengembangan ekosistem BESS.
Rakor tersebut juga perwakilan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Direktorat Jenderal Pajak (DJK) Kementerian Keuangan, Balai Besar Survei dan Pengujian KEBTKE Kementerian ESDM, Pertamina Patra Niaga Cirebon, serta Tim Kesetjenan DEN.
Dalam rakor tersebut dipaparkan beberapa kesimpulan untuk menindaklanjuti formulasi rekomendasi kebijakan dalam mengakselerasi pengembangan ekosistem baterai nasional untuk KLBB dan BESS. Ia mendorong komitmen pemerintah agar mengeluarkan kebijakan pendukung, serta rencana kedepan untuk memudahkan peneliti sehingga mendorong hasil risetnya.
“Jika mengimpor komponen akan kena pajak, namun jika mengimpor bahan jadi tidak di kenai pajak sehingga bagaimana hal ini bisa diantisipasi agar sumber saya manusia iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) tidak menjadi loyo,” ujar As Natio.
Sementara itu, perwakilan BRIN, Sudaryanto, menuturkan bahwa draf rekomendasi dalam rapat sudah mencakup semua. Meski begitu, dalam tahap intermediate pada ekosistem baterai masih belum berkembang.
“Permasalahan sampah atau limbah KLBB masih belum tertangani dengan baik,” ujar Sudaryanto. (Hartatik)