Jakarta – Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengumumkan bahwa ketahanan energi Indonesia saat ini dapat dikategorikan sebagai ‘tahan’. Dikatakannya juga bahwa impor minyak dan gas bumi Indonesia masih tinggi, serta capaian energi baru terbarukan (EBT) masih rendah dan belum memenuhi target dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).
“Untuk indeks ketahanan energi kita selesaikan perhitungannya, kita hitung di angka 6,64, dan alhamdulillah itu kategori tahan,” ujar Djoko dalam konferensi pers Capaian Tahun 2023 dan Program Kerja Tahun 2024 secara daring. Menurutnya, dalam perhitungan indeks ketahanan energi, para pakar energi menggunakan empat variabel. Pertama, availability, atau ketersediaan sumber energi baik dari dalam maupun luar negeri.
Kedua, accessibility, menilai kemampuan untuk mengakses sumber energi, termasuk tantangan geografis dan geopolitik. Ketiga, affordability, yang mencakup keterjangkauan biaya investasi energi, mulai dari eksplorasi hingga distribusi, termasuk juga keterjangkauan konsumen terhadap harga energi. Keempat, acceptability, yang memperhatikan penggunaan energi yang ramah lingkungan, termasuk penerimaan masyarakat.
Dalam hal ketahanan energi Indonesia, Djoko menegaskan masih ada beberapa aspek yang menjadi tantangan dan perlu diatasi. “Impor kita itu masih LPG, minyak mentah, dan bensin. Di program NZE itu kita akan kurangi impor bensin dengan kendaraan listrik, LPG dengan kompor listrik,” katanya.
Djoko menyatakan bahwa jika EBT dapat mencapai target yang ditetapkan, keterjangkauan tanpa subsidi, pembangunan infrastruktur, dan pengurangan impor maka dapat membawa Indonesia mencapai indeks ketahanan energi sebesar 10.
Meskipun skor ketahanan energi Indonesia dari tahun 2016 hingga 2022 mengalami peningkatan, Djoko menyoroti kebutuhan terhadap langkah-langkah konkret agar terus meningkatkan ketahanan energi.
Pemerintah saat ini juga dihadapkan pada beban subsidi yang signifikan untuk berbagai jenis energi, termasuk batu bara, bahan bakar minyak, gas elpiji, dan listrik. Dalam konteks ini, DEN memberikan sejumlah rekomendasi untuk meningkatkan ketahanan energi di Indonesia.
Rekomendasi tersebut melibatkan peningkatan kapasitas kilang minyak, subtitusi elpiji, peningkatan produksi minyak bumi, pengurangan subsidi, dan percepatan pemanfaatan kendaraan listrik. Upaya kolektif ini diharapkan dapat membawa Indonesia menuju ketahanan energi yang lebih baik di masa depan. (Hartatik)