Jakarta – PT PLN (Persero) membutuhkan investasi sebesar USD 700 juta atau sekitar Rp 10,5 triliun untuk membangun 0,2 Giga Watt (GW) pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di 94 daerah terpencil. Proyek de-dieselisasi pembangkit fosil tersebut merupakan program jangka pendek untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN, Evy Haryadi mengungapkan, investasi program berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) dan de-dieselisasi pembangkit fosil ini diarahkan dari pendanaan Just Energy Transition Partnership (JETP) yang bertujuan mempercepat program transisi energi di Indonesia.
“JETP JETP berkomitmen menyediakan dana untuk berbagai program hijau negara anggotanya, sesuai kesepakatan pemimpin negara di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali tahun 2022 lalu dengan komitmen pendanaan transisi energi,” ujar Evy dalam keterangan resmi.
Untuk fase pertama, PLN berencana membangun 0,2 GW PLTS di 94 lokasi berbeda. Proyek tersebut diperkirakan membutuhkan investasi sebesar USD 7 juta. PLN melalui subholdingnya, yaitu PLN Nusantara Power dan PLN Indonesia Power, secara aktif terus mencari partner strategis dalam berkolaborasi demi mensukseskan program de-dieselisasi.
Head of JETP Secretary, Edo Mahendra mengatakan, bahwa selama enam bulan ini, dari Februari hingga Agustus 2023, JETP tengah menggodok secada detail rencana untuk pengalokasian komitmen dana sebesar USD 20 miliar. Harapannya, berbagai program transisi energi yang sudah dirancang oleh negara-negara yang tergabung dalam JETP bisa segera dijalankan. (Hartatik)