COP29: Momen penting bagi pendanaan iklim dan transisi energi

Jakarta – Sorotan dunia kembali tertuju pada iklim dengan dimulainya COP29 di Baku Azerbaijan. Agenda utama dalam COP29 adalah meningkatkan pendanaan iklim dan mempercepat transisi energi untuk mengurangi emisi global.

“Kita perlu memobilisasi pendanaan publik dan swasta dalam skala yang jauh lebih tinggi,” ujar Alden Meyer, Senior Associate di E3G kepada media di sela-sela konferensi, 11 November. “Kita juga perlu melihat kemajuan dalam elemen-elemen lain dari perjanjian ini dari Dubai, terutama dalam hal transisi energi. Tidak hanya melipatgandakan produksi energi terbarukan pada tahun 2030 dan menggandakan tingkat efisiensi energi, namun juga mengimplementasikan transisi dari bahan bakar fosil yang telah disepakati oleh berbagai negara setahun yang lalu.”

Karena bencana yang disebabkan oleh iklim terus menghancurkan masyarakat di seluruh dunia, mengamankan paket keuangan yang kuat tetap menjadi prioritas. Joab Okanda, seorang pakar kebijakan iklim dan energi, menekankan pentingnya hal ini: “COP kali ini sangat penting, dan itulah mengapa 200 negara hadir di sini untuk menyepakati paket pendanaan yang dapat membantu masyarakat yang kehilangan nyawa, kehilangan orang yang mereka cintai, dan kehilangan mata pencaharian.”

Beliau menggarisbawahi pentingnya pertemuan ini, dengan menambahkan, “Tidak seorang pun boleh membohongi kita bahwa COP ini tidak penting. COP ini sangat penting, dan itulah mengapa 90 pemimpin dunia hadir di sini. Mereka yang tidak hadir di sini, delegasi dan menteri mereka akan hadir di sini.”

Meskipun ada beberapa keraguan mengenai efektivitas pertemuan iklim internasional, Alex Scott, Senior Associate untuk Diplomasi Iklim di ECCO, menyoroti nilai multilateralisme yang terus berlanjut. “Apa yang kita lihat di sini adalah para pemimpin membuktikan kepada dunia bahwa multilateralisme dan kerja sama iklim masih terus berlanjut,” ujar Scott. “Anda dapat melihat di lorong-lorong di sini bahwa hal tersebut sedang terjadi – Anda dapat melihat perbedaan pendapat mengenai agenda pembicaraan ini, yang menekankan pentingnya berada di ruangan ini untuk mengedepankan isu Anda, berkolaborasi dengan negara lain untuk menyelesaikan krisis ini. Ini adalah tentang membuktikan bahwa kerja sama iklim masih berhasil.”

Saat negosiasi berlangsung, dunia mengamati dengan penuh antisipasi, berharap adanya tindakan tegas dan komitmen yang akan membuka jalan bagi masa depan yang berkelanjutan.

ADB tingkatkan pinjaman terkait perubahan iklim jadi USD 7,2 miliar

Asian Development Bank (ADB) mengumumkan peningkatan pinjaman terkait perubahan iklim menjadi USD7,2 miliar setelah Amerika Serikat dan Jepang memberikan jaminan untuk beberapa pinjaman yang ada. Dukungan ini menjadi langkah penting dalam meningkatkan kapasitas pembiayaan iklim, terutama saat pertemuan KTT Iklim COP29 PBB berlangsung di Baku, Azerbaijan.

Inisiatif ini menawarkan model yang dapat diterapkan oleh bank-bank pembangunan lainnya untuk mengatasi tantangan pendanaan perubahan iklim. ADB menyebutkan bahwa AS akan menjamin hingga USD1 miliar, sementara Jepang akan menanggung USD600 juta, memungkinkan ADB memperluas kapasitas pinjaman iklim mereka.

“Jaminan dari negara-negara maju ini adalah terobosan untuk meningkatkan kapasitas pinjaman bank pembangunan multilateral tanpa harus melalui proses politik yang rumit seperti peningkatan modal,” ujar Jacob Sorensen, Direktur Dana Kemitraan ADB kepada Reuters, Senin, 11 November.

Dalam strategi baru ini, ADB akan menggunakan ruang pinjaman tambahan yang dihasilkan selama lima tahun ke depan, dengan masa jaminan hingga 25 tahun. ADB menargetkan pinjaman kumulatif senilai USD100 miliar untuk proyek-proyek terkait perubahan iklim dari 2019 hingga 2030. Pada 2023, ADB telah mencatat penyaluran pinjaman sebesar USD 9,8 miliar untuk proyek iklim.

ADB juga tengah mempersiapkan beberapa proyek penerima manfaat dari kebijakan ini, salah satunya adalah proyek di Pakistan yang memanfaatkan minyak goreng bekas sebagai bahan bakar penerbangan berkelanjutan. Sorensen menambahkan, sekitar setengah dari total USD 90 juta pendanaan untuk proyek tersebut akan berasal dari skema ADB, dengan kesepakatan dijadwalkan ditandatangani pada 20 November mendatang. (Hartatik/nsh)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles