Jakarta – Meskipun Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, terutama dalam hal cadangan gas bumi yang menjadi yang terbesar kedua di dunia, ironisnya kontribusi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Indonesia hanya sekitar 3 persen dari total kapasitas pembangkit listrik terpasang.
Ketua Umum Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API), Julfi Hadi, menyampaikan kekhawatiran ini dalam sebuah acara Energy Corner, awal April. Dari potensi 24 Giga Watt (GW) panas bumi yang dimiliki Indonesia, hanya sekitar 2,4 GW yang saat ini dimanfaatkan. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan energi geothermal di Tanah Air masih belum optimal
“Pemanfaatan energi panas bumi kita masih sangat lambat, bahkan dalam empat tahun terakhir hanya bertambah sekitar 300 MW, artinya sangat lambat. Padahal, kita sudah berkecimpung dalam bidang geothermal selama 40 tahun,” ujar Julfi Hadi.
Menurutnya, potensi pemanfaatan gas bumi bisa mencapai 32 persen jika dapat dimaksimalkan sepenuhnya. Namun, Indonesia harus berhati-hati karena beberapa negara lain, seperti Kenya dan Turki, juga semakin serius dalam mengembangkan energi panas bumi sebagai sumber energi bersih.
Di Kenya, misalnya, pemerintah di sana memberikan berbagai insentif untuk mendukung pengembangan energi bersih, termasuk kebijakan feed-in tariff yang memastikan pendapatan bagi produsen energi baru terbarukan. Sementara di Turki, ada program insentif investasi untuk proyek-proyek yang memenuhi syarat.
Julfi Hadi berharap pemerintah Indonesia dapat memberikan dukungan lebih besar kepada pengembang energi panas bumi agar pengembangan sumber energi ini menjadi lebih menarik bagi investor. Sejumlah faktor, seperti regulasi yang belum mendukung pengembangan proyek komersial, menjadi hambatan utama yang harus segera diatasi.
Dengan upaya bersama antara pemerintah dan pengembang energi panas bumi, diharapkan pengembangan PLTP di Indonesia bisa dipercepat sehingga negara ini dapat lebih efisien dalam menggunakan potensi panas bumi yang dimilikinya. (Hartatik)