Semarang – Antisipasi penanganan banjir rob di sepanjang pesisir pantai utara Jawa Tengah disiagakan hingga Juli mendatang. Hal itu menyusul 10 kabupaten/kota di provinsi tersebut yang dilanda rob berhari-hari mulai 18-23 Juni lalu.
Kabid Penanganan Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, Dikki Rulli Perkasa mengatakan, sesuai rapat koordinasi, kesiapsiagaan bencana termasuk rob sampai Juli 2022 bagi seluruh BPBD kabupaten/kota di Jateng yang terdampak.
”Seluruh kabupaten/kota siap semua untuk evakuasi. Kebutuhan logistik dan peralatan juga sudah kami petakan,” ujarnya,” Jumat (25/6).
Dikki melanjutkan, terkait perkembangan situasi dan kondisi banjir rob kabupaten/kota di Jateng, pihaknya berkoordinasi dengan pihak BMKG. Diketahui, banjir rob terjadi sejak Mei 2022 lalu
dan diperkirakan sampai Juli 2022. Sementara puncaknya diprediksi terjadi pada 23 Juni lalu. Setidaknya ada 17 kabupaten/kota di Jateng berpotensi terdampak rob. Wilayah tersebut sebagian besar di pesisir utara pantai Jawa, sebagian lagi di pesisir selatan.
Daerah di pantai utara yakni Rembang, Pati, Jepara, Demak, Kota Semarang, Kendal, Batang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Pemalang, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, dan Brebes. Sementara kawasan di pantai selatan yang berpotensi terdampak rob yakni Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Wonogiri.
”Untuk wilayah pesisir selatan Jawa, baru Kabupaten Cilacap yang terdampak. Sementara tiga daerah lainnya belum mengalami dampak yang cukup berarti,” terang Dikki.
Sementara itu, Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang, Retno Widyaningsih menyatakan, peningkatan tinggi gelombang pada puncak rob Kamis (23/6) lalu disebabkan oleh angin yang berhembus konsisten dengan kecepatan 46 km/jam, utamanya di Luat Jawa bagian tengah.
”Ketinggian gelombang maksimum mencapai tiga meter. Berdasarkan citra satelit altimetri, tinggi muka air laut menunjukkan adanya anomali positif yang berpotensi menyebabkan banjir pesisir lebih tinggi,” kata Retno.
Lebih lanjut, menurutnya, fenomena pasang air laut yang mengakibatkan rob tidak lepas dari adanya fenomena Super Full Moon yaitu fase bulan purnama yang bersamaan dengan fase pasang air laut tertinggi pada 18-23 Juni 2022. ”Perlu peningkatan kewaspadaan bagi masyarakat di wilayah pesisir yang berpotensi terdampak banjir. Berdasarkan pengamatan kami, rob juga menganggu sejumlah aktivitas di pelabuhan, seperti bongkar muat hingga aktivitas tambak garam dan perikanan darat,” imbuhnya.
Adapun dikutip dari repository.ugm.ac.id, fenomena banjir rob telah memberikan kerugian bagi wilayah permukiman pesisir. Salah satunya permukiman pesiisr mengalami perubahan fisik lingkungan dan memberikan tekanan terhadap masyarakat, bangunan, dan infrastuktur di wilayah tersebut. Sarana dan prasarana lingkungan (air bersih, persampahan, drainase, dan sanitasi) juga menglami kerusakan. Situasi ini berdampak atas penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar pesisir. (Hartatik)
Foto banner: Petugas PLN berjaga di genangan air rob di pelataran parkir Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, (Senin, 13 Juni 2022). (BanGhoL/shutterstock.com)