Alokasi pinjaman hijau bank-bank besar dalam negeri meningkat

oleh: Roffie Kurniawan

Jakarta – Alokasi kredit hijau (green loan) bank-bank besar di dalam negeri terus meningkat, meskipun porsi kredit hijau terhadap total kredit masih relatif rendah. Tren ini mengindikasikan adanya permintaan yang lebih besar untuk proyek-proyek hijau.

Pinjaman hijau adalah bentuk pembiayaan yang memungkinkan peminjam untuk menggunakan hasilnya untuk mendanai proyek-proyek yang secara substansial berkontribusi pada tujuan lingkungan hidup secara eksklusif.

Sebagai contoh, bank terbesar di Indonesia dalam hal aset, PT Bank Mandiri Tbk, menargetkan portofolio berkelanjutan mereka akan tumbuh 10% pada tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya dan akan terus meningkat pada tahun berikutnya. Bank Mandiri sejauh ini telah menerapkan strategi komprehensif yang berfokus pada pembiayaan berkelanjutan, yang mencakup aspek lingkungan dan sosial.

Strategi ini mencakup penyediaan berbagai produk pembiayaan yang inovatif, seperti sustainability-linked loan, corporate in transition financing, green/social/sustainability loan, serta penerbitan green bonds dan instrumen keuangan berkelanjutan lainnya.

Senior Vice President ESG Group Bank Mandiri Citra Amelya Pane mengatakan bahwa pertumbuhan kredit hijau tersebut didorong oleh kontribusi dari sektor-sektor strategis yang sejalan dengan prioritas pemerintah. “Kami optimis tren positif ini akan terus berlanjut dan mendorong pertumbuhan yang lebih signifikan hingga tahun depan,” kata Citra seperti dikutip kontan.co.id.

Per September 2024, portofolio berkelanjutan Bank Mandiri meningkat 12,8% atau mencapai Rp285 triliun dibandingkan tahun sebelumnya. Portofolio hijau yang merupakan bagian dari portofolio berkelanjutan mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi sebesar 16,4%, mencapai Rp142 triliun. Porsi portofolio berkelanjutan dibandingkan dengan total kredit adalah sebesar 23% pada periode sembilan bulan hingga September.

“Kami mengantisipasi pertumbuhan di sektor-sektor tersebut, terutama pada sektor-sektor yang mendorong agenda nasional seperti energi terbarukan, hilirisasi, dan pemerataan ekonomi,” kata Citra.

Tiga sektor pendorong portofolio hijau adalah transportasi ramah lingkungan yang tumbuh 94,6% per tahun, produk ramah lingkungan yang tumbuh 78,3% per tahun, dan bangunan hijau yang tumbuh 58,7% per tahun.

Direktur Manajemen Risiko BNI David Pirzada mengatakan, BNI berkomitmen untuk terus mengembangkan portofolio hijau, di mana target pembiayaan hijau pada tahun 2024 sebesar Rp71,27 triliun. Ia berharap portofolio hijau BNI dapat berkembang lebih jauh di tahun 2025, mengingat potensi pasar yang masih terbuka.

Dalam sembilan bulan ini, BNI telah mengalokasikan kredit hijau mencapai Rp70,9 triliun. Pembiayaan hijau tumbuh sebesar 17% dibandingkan tahun lalu, didorong oleh meningkatnya kesadaran pelaku usaha dalam menjalankan proyek-proyek hijau untuk mengembangkan ekonomi hijau.

Bank Danamon menyalurkan kredit hijau ke beberapa sektor, antara lain energi terbarukan sebesar Rp10,2 triliun, pengelolaan sumber daya alam dan tata guna lahan yang berkelanjutan sebesar R31,9 triliun, dan transportasi ramah lingkungan sebesar Rp3,5 triliun.

Bank komersial swasta PT Bank Danamon Indonesia Tbk juga terus mendorong pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Dalam mendukung inisiatif ini, Danamon melakukan langkah-langkah konkret untuk menerapkan prinsip-prinsip LST.

“Salah satu inisiatif yang kami lakukan adalah berkolaborasi dengan Adira Finance untuk menyalurkan kredit transportasi ramah lingkungan,” ujar Herry Hykmanto, Direktur Syariah dan Sustainability Finance Bank Danamon.

Hingga kuartal ketiga tahun 2024, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance), anak perusahaan Bank Danamon, telah mengalokasikan kredit untuk kendaraan berbasis listrik sebesar Rp290 miliar selama sembilan bulan. Bank Danamon, katanya, akan terus memperkuat dukungan terhadap penyaluran kredit ramah lingkungan di sektor energi terbarukan, dengan fokus pembiayaan di sektor ritel, korporasi, dan komunitas.

Melalui langkah-langkah tersebut, Bank Danamon berharap dapat terus mendukung transisi menuju sumber energi yang lebih ramah lingkungan sejalan dengan kebijakan pemerintah.

Hingga akhir tahun ini, Bank Danamon juga memproyeksikan peningkatan portofolio keuangan berkelanjutan sekitar 2% dari total pembiayaan keuangan berkelanjutan setiap tahunnya dan akan terus meningkat di tahun 2025.

Indonesia tampaknya menawarkan investasi yang menarik untuk proyek-proyek energi hijau, listrik, dan transportasi. Namun, beberapa analis mengatakan bahwa kebijakan-kebijakan baru diperlukan untuk mempercepat investasi dalam proyek-proyek ramah lingkungan.

Investasi energi terbarukan di Asia Tenggara diproyeksikan akan melampaui $76 miliar antara tahun 2023 dan 2025 dan mencapai $119 miliar pada tahun 2027, didorong oleh tenaga surya, angin, dan panas bumi, demikian menurut laporan terbaru dari Rystad Energy.

Bain & Company memperingatkan pada bulan April tahun lalu bahwa Asia Tenggara tertinggal dalam hal investasi hijau dan target pengurangan emisi, serta membutuhkan kebijakan dan mekanisme keuangan baru untuk menjembatani kesenjangan tersebut. Lembaga ini menyoroti perlunya kolaborasi dan kebijakan energi terbarukan yang selaras untuk mendorong lingkungan yang lebih dapat diprediksi dan ramah terhadap investor.

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles