Jakarta – Konflik antara Rusia dan Ukraina yang belum kunjung reda dapat mendorong subsidi sektor energi pada 2023 kembali meningkat. Hal ini disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam konferensi pers, hari ini.
“Kita perkirakan jumlah alokasi subsidi cukup besar pada tahun ini. Kita tahu konflik Rusia dan Ukraina masih belum habis, tentu saja ini menyebabkan penurunan suplai karena terhambatnya suplai besar yang dari Rusia,” ujar Arifin.
Lebih lanjut, ia menambahkan, selain terjadinya konflik Rusia dan Ukraina, bertambahnya subsidi energi juga kemungkinan terjadi karena adanya peningkatan kebutuhan dari China dan juga beberapa negara lainnya.
“Berkurangnya suplai di satu sisi belum tentu bisa dikejar oleh negara produsen, meski di sisi lain demandnya meningkat,” imbuhnya.
Pada kesempatan itu, Arifin melaporkan capaian kinerja tahun 2022. Di mana, capaian Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor ESDM ini menembus Rp 315 triliun atau naik 138% dari yang ditargetkan pada tahun ini mencapai Rp 245 triliun. Ia menyebutkan bahwa melejitnya capaian ini didukung oleh terjadinya windfall di tahun 2022, di mana, harga komoditas naik signifikan.
Sementara itu, informasi dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bahwa realisasi subsidi energi dan kompensasi pada tahun 2022 bengkak hingga menjadi Rp 551,2 triliun. Subsidi tersebut setara dengan 17,9% dari total belanja negara pada tahun lalu. Realisasi subsidi energi pada 2022 juga menembus 109,7% dari yang direncanakan dalam Perpres 98/2022 yakni Rp 502,4 triliun. (Hartatik)
Foto banner: Sumber: Pertamina