BMKG: Hati-hati kekeringan ekstrem, hari tanpa hujan lebih dari 60 hari

Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap kondisi kekeringan ekstrem yang melanda beberapa wilayah Indonesia akibat Hari Tanpa Hujan (HTH) yang berkepanjangan, dengan beberapa wilayah mengalami kekeringan hingga lebih dari 60 hari.

“Sejumlah wilayah, termasuk Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB), mengalami HTH kategori ekstrem panjang, bahkan lebih dari 60 hari tanpa hujan. Ini merupakan indikasi adanya kekeringan yang cukup serius yang dapat berdampak pada sumber daya air dan kesehatan masyarakat,” ujar Andri Ramdhani, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, dalam keterangan resmi, Rabu, 30 Oktober.

Pantauan suhu yang dilakukan BMKG pada 28 Oktober hingga 29 Oktober 2024 menunjukkan bahwa suhu tertinggi mencapai 38,3 derajat Celsius di Stasiun Meteorologi Gawayantana, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kondisi serupa juga dilaporkan di wilayah lain, seperti Sumbawa, NTB, yang mencatat suhu maksimum 37 derajat Celsius. Di sisi lain, suhu maksimum terendah tercatat di Lampung dan Makassar, dengan kisaran suhu mencapai 34,4 derajat Celsius.

“Kondisi ini diprediksi masih akan bertahan, terutama di wilayah Jawa hingga NTT, yang saat ini mengalami musim panas terik dan kering. BMKG terus memantau perubahan dinamika atmosfer yang dapat berpengaruh terhadap pola suhu di wilayah tersebut,” jelas Andri.

Menurut BMKG, kondisi suhu tinggi di Indonesia juga dipengaruhi oleh keberadaan Siklon Tropis Kong-rey yang sedang aktif di Samudra Pasifik. Siklon ini menarik kelembapan dari wilayah sekitar, termasuk Jawa hingga NTT, yang menyebabkan berkurangnya kelembapan di wilayah tersebut sehingga meningkatkan suhu udara.

“Siklon Tropis Kong-rey memberi efek pada cuaca Indonesia dengan menarik kelembapan keluar dari wilayah Jawa hingga NTT. Ini menciptakan udara yang lebih kering, sehingga suhu di wilayah ini naik. Siklon ini diperkirakan akan melemah dalam beberapa hari ke depan, tetapi pengaruhnya terhadap suhu dan kelembapan masih bisa bertahan,” tambahnya.

Selain cuaca panas yang ekstrem, BMKG mengungkapkan bahwa beberapa daerah mengalami periode HTH terpanjang, yakni mencapai lebih dari 60 hari. Wilayah seperti Jawa Timur dan NTB bahkan tercatat mengalami HTH hingga 179 hari di Probolinggo. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan adanya dampak serius bagi sumber daya air dan ketahanan pangan di daerah tersebut.

“HTH terpanjang saat ini terjadi di Pakistaji dan Probolinggo, Jawa Timur, dengan durasi 179 hari tanpa hujan. Daerah yang mengalami HTH ekstrem ini menghadapi risiko kekeringan yang berpotensi berdampak pada pertanian dan sumber air bagi penduduk,” jelas BMKG dalam laporannya yang dirilis pada 23 Oktober 2024.

Imbauan kesehatan bagi masyarakat

BMKG mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap dampak dari cuaca panas ini, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah yang mengalami kekeringan ekstrem. Andri Ramdhani juga menyarankan agar masyarakat tetap menjaga kesehatan dengan menghindari aktivitas di luar ruangan pada siang hari dan memastikan tubuh tetap terhidrasi.

“Kami mengimbau masyarakat untuk memperhatikan asupan cairan dan menghindari paparan sinar matahari langsung, terutama di siang hari. Kami juga menyarankan agar masyarakat memantau informasi dan peringatan dari BMKG mengenai kondisi cuaca ekstrem yang mungkin terjadi,” ujar Andri.

BMKG juga mencatat potensi cuaca ekstrem pada periode peralihan musim, seperti hujan intensitas sedang hingga lebat, hujan es, dan puting beliung, yang mungkin terjadi di sore hingga malam hari. Cuaca ekstrem ini diharapkan dapat menjadi awal dari curah hujan yang mulai melanda beberapa wilayah. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles