Menkeu: Krisis energi global ancam stabilitas ekonomi makro

Jakarta – Krisis energi yang melanda dunia menjadi ancaman bagi stabilitas makro ekonomi. Bahkan memiliki implikasi politik dan sosial besar seperti yang terjadi di Sri Lanka, Ghana, Peru, Ekuador, dan di tempat lain. Kondisi ini diyakini akan memperburuk upaya pemulihan ekonomi.

“Saya yakin Anda semua sebagai menteri keuangan sekaligus gubernur bank sentral melihat ini sebagai ancaman bagi stabilitas makro ekonomi kita serta lingkungan yang kondusif bagi kita untuk mempertahankan pemulihan,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam pembukaan 3rd Finance Minister and Central Bank Governors (FMCBG) di Bali International Convention Center, Jumat (15/7).

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa harga minyak dunia mengalami kenaikan 350 persen dalam dua tahun, yakni sejak April 2020 hingga April 2022. Padahal, di awal pandemi, ia melihat harga minyak mentah dunia sempat mendekati nol bahkan minus.

“Dan sekarang kita menghadapi situasi ekstrim yang sangat berbeda. Peningkatan 350 persen ini merupakan peningkatan terbesar untuk periode dua tahun sejak 1970-an,” katanya.

Ini berdampak pada kenaikan harga energi di seluruh negara di dunia. Ia pun membeberkan data pada Juni, harga gas alam di Eropa meningkat sebesar 60 persen, hanya dalam dua minggu. Bahkan kelangkaan bahan bakar sedang berlangsung di seluruh dunia.

Dengan adanya kenaikan komoditas energi ini, Menkeu Sri Mulyani menyebut ini berdampak pada kondisi sosial politik di beberapa negara. Dengan demikian, secara global, ini akan mengancam upaya pemulihan ekonomi.

“Dunia berada di tengah krisis energi global,” imbuhnya.

Di sisi lain, bendahara negara ini mengatakan kenaikan harga juga terjadi pada sektor pangan dunia. Dengan ini, ia menilai akan berdampak lebih luas pada kerawanan pangan yang menyangkut jutaan orang.

Menurut World Food Programme, jumlah orang yang menghadapi kerawanan pangan akut meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2019 sebelum pandemi dari 135 juta menjadi 276 juta.

“Ada urgensi dimana krisis pangan harus ditangani. Pengerahan semua mekanisme pembiayaan yang tersedia segera diperlukan untuk menyelamatkan nyawa dan memperkuat stabilitas keuangan dan sosial,” kata dia.

Kemudian, Menkeu Sri Mulyani mengatakan kebijakan ekonomi makro yang baik juga menjadi penting secara fundamental yang telah membantu banyak negara melewati krisis. Guna merespons kenaikan harga pangan dan energi dunia. (Hartatik)

Foto banner: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membuka event 3rd Finance Minister and Central Bank Governors (FMCBG) secara hybrid di Bali International Convention Center, Jumat (15/7). (Foto: Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles