Pakar ITB: 10-20 tahun lagi perubahan iklim akibatkan fenomena meteorologi lebih ekstrem

Semarang – Pakar Oseanografi Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr Rima Rachmayani SSi Msi memprediksi fenomena meteorologi akan lebih ekstrem pada 10-20 tahun mendatang. Hal ini tidak terlepas dari dampak terhadap perubahan iklim yang dialami negara di seluruh belahan bumi.

“Kenaikan muka air laut dan penurunan muka tanah yang berjalan beriringan, berimbas pada tenggelamnya pulau-pulau kecil dan banjir rob yang melanda pesisir,” ungkap Rima dikutip dari acara pengabdian masyarakat pesisir di Kelurahan Degayu, Kecamatan Pekalongan Utara, Selasa (5/7).

Sosialisasi tersebut dikemas dalam dialog interaktif bertajuk “Edukasi dan Sosialisasi Adaptasi Masyarakat dalam Menangani Banjir Rob di Kecamatan Pekalongan Utara”, merupakan inisiasi Tim Peduli Pesisir ITB. Selain menghadirkan dua dosen ITB, acara tersebut juga menghadirkan Dimas Arga Yudha selaku Kepala Seksi Kesiapsiagaan Bencana BPBD Kota Pekalongan.

Lebih lanjut, Sella Lestari Nurmaulia, ST MT, dosen Teknik Geodesi dan Geomatika ITB menjelaskan, banjir rob merupakan peristiwa banjir yang tidak berkaitan dengan curah hujan, melainkan oleh pasang surut air laut. Keadaan ini dapat diperparah saat permukaan tanah di suatu wilayah itu turun. Berdasarkan riset yang sudah dilakukan, penurunan tanah di Pekalongan mencapai 7 cm/tahun.

Sella menyebutkan bahwa bencana bisa menjadi kerentanan karena adanya ancaman, namun kapasitas untuk bertahan rendah.

“Kapasitas dapat dinaikkan dengan meningkatkan pengetahuan kebencanaan. Perlu dibuat tim penanggulangan bencana di level kelurahan. Pemetaan wilayah harus dilakukan untuk mengurangi potensi bencananya, termasuk titik kumpul dan evakuasi,” terangnya.

Sehubungan itu, kesadaran masyarakat harus dipupuk terlebih dulu. Masyarakat harus sadar hidup di lingkungan bencana dan memiliki keinginan untuk beradaptasi. Apalagi infrastruktur yang dibangun tidak mudah dan instan, sehingga dimulai dari kesadaran masyarakat.

Sementara itu, skenario terburuk harus dibayangkan agar rencana terbaik bisa disiapkan. Mitigasi struktural yang bisa diupayakan untuk melindungi wilayah ini adalah pembuatan tanggul laut, penataan permukiman di Kali Gambus, peninggian jalan, pembuatan rumah pompa, dan penanaman bakau. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles